Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 20 Mei 2021 | 14:20 WIB
Gelaran Puhun Pusaka Karatuan di Gua Pawon, Citatah, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (20/5/2021). [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Matahari bersinar terik menembus dinding Gua Pawon di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Rabu (19/5/2021) siang.

Siang itu Situs Gua Pawon didatangi puluhan orang. Ada acara sakral di gua bagian Kars Citatah itu, yakni prosesi atau ritual Puhun Pusaka Karatuan untuk memohon restu kepada para leluhur.

Sejumlah tentengan dibawa untuk melengkapi proses ritual. Seperti bunga, buah-buahan dari mulai pisang, apel, jeruk, salah hingga anggur. Kemudian kopi dan tentunya perkakas wanita sebagai bagian terpenting dari ritual tersebut.

Suasana sakral pun kemudian tercipta. Kuncen Gua Pawon, Elan Sumarna memimpin langsung upacara permintaan izin kepada para leluhur di gua itu. Sebab kono katanya ada 41 susunan Rama dan 25 susunan Ratu di Gua Pawon.

Baca Juga: Dear Mahasiswa ITB, Siap-Siap Ngampus Lagi Semester Ini

Dari deretan nama susunan Rama dan Ratu tersebut, diantaranya sering dipakai ziarah adalah Susuhunan Ratu Nyimas Ratu Sobrah Kancana, Nyimas Ratu Lereng Sintung, Nyimas Ratu Cucuk Konde, Nyimas Ratu Karembong Mayang.

Nama empat Susuhunan Ratu dari 25 keseluruhan yang ada di situ, merupakan identik dengan nama perkakas wanita. Kemudian dipakai senjata untuk bela diri pencak silat.

Keberadaan susunan Rama dan Ratu itu konon katanya kerap menjadikan Gua Pawon sengaja tempat ziarah hingga semedi para pendekar dan tempat prosesi ritual khusus para leluhur menyerahkan pusaka pada keturunannya.

Ritual pun diakhiri dengan doa dan penyerahan pusaka perkakas wanita secara resmi dari mulai selendang, tusuk konde dan sobrah kepada Sri Mukti Purnamasari KB, gadis asal Desa Jayagiri Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Gadis yang sudah menguasai jurus-jurus itupun kini sudah mendapatkan izin dari susunan Keratuan di Gua Pawon melalui Elan Sumarna sebagai pewaris pusaka perkakas wanita itu, yang dipadukan dengan juru yang sudah dikuasai Sri.

Baca Juga: Hajar Kepala Perwira Polisi Pakai Balok, Panglima XTC: Saya Mabuk Tramadol

"Yang barusan itu peresmian gerak. Yang sudah dilaksanakan ada 4, sekarang sudah resmi mendapat izin dari yang punya, dari susunan ibu (keratuan)," ujar Elan Sumarna.

Suasana sakral seketika berubah menjadi tegang ketika Sri memeragakan jurus dan pusaka yang baru saja diwarisinya. Ia bertarung melawan tiga pendekar laki-laki di Gua Pawon.

Dengan jurus dan pusaka itu, pendekar perempuan asal Lembang itupun bisa menumbangkan ketiga pendekar. Pertanda ia layak untuk menerima warisan budaya tersebut.

"Iya perasaan saya tentunya senang, bahagia. Apalagi baru kali ini menggunakan 4 senjata," ujar Sri.

Dunia pencak silat bukan hal baru baginya. Sri sudah mengenalnya sejak duduk di bangku sekolah dasar, hingga akhirnya digembleng orang tuanya yang memang sudah lama berkecimpung di dunia persilatan.

Sesepuh Sunda, Nanu Munajar Dahlan alias Abah Nanu mengatakan, dari sekian keratuan, yang bisa diaktualisasikan pada saat ini dalam gerakan pencak silat, baru sobrah, cucuk konde dan Karembong.

Penggagas gerak silat menggunakan pusaka tersebut almarhumah Hj. Enni, salah satu seniman Sunda. Pada suatu saat almarhumah Hj. Enni tampil di Negara Singapura dengan menggunakan perkakas itu.

Saat tampil, mendiang lupa gak membawa perlengkapan senjata seperti biasanya. Lantas, Hj. Enni pun menggunakan sobrah, tusuk konde dan selendang sebagai pengganti pusakanya.

"Saat mau ngibing, beliau lupa tidak bawa senjata seperti biasanya. Itu gak sekedar jurus, tapi harus ada spiritualnya," ucap Abah Nanu.

Load More