Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 30 Mei 2021 | 18:47 WIB
Jembatan gantung warisan Belanda di Kabupaten Bandung Barat yang berusia lebih dari 100 tahun. Kekinian, jembatan itu te;ah diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat dibantu aparat TNI dan Polri. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Jembatan gantung bersejarah yang menghubungkan Kecamatan Gununghalu dengan Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) akhirnya diperbaiki.

Tanpa uluran bantuan pemerintah, jembatan yang dibangun pada masa kolonial Belanda itu kini "goyangannya" sudah stabil.

Akses penghubung utama warga Desa Gunijaya, Kecamatan Gununghalu dengan Desa Cibedug, Kecamatan Rongga yang disebut warga Sasak Gantung itu diperbaiki secara swadaya warga, dibantu aparat TNI dan Polri.

"Alhamdulillah susah selesai selama 8 hari saat bulan puasa. Alhamdulillah warga sangat bersemangat," ujar Den Bujal (40), warga Kampung Dukuh, RT 03/10, Desa Bunijaya, Kecamatan Gununghalu, KBB kepada Suara.com, Minggu (30/5/2021).

Baca Juga: Dibikin Menangis oleh Spekulan, Petani Cabai di Bandung Minta Pemerintah Turun Tangan

Sebelum diperbaiki secara swadaya dengan uluran donatur dan gerakan "Aksi Peduli Berjuta Koin Jembatan Pemersatu Bangsa Gununghalu-Rongga", kondisi jembatan gantung yang diperkirakan dibangun tahun 1905-1910-an sangat memprihatinkan.

Landasan yang sejak dulu terbuat dari kayu sudah lapuk, seling jembatan pun tak sekencang dulu.

Baut-baut pun tak sekuat dulu, dan besinya terlihat sudah sangat berkarat. Warga pun tak berani melintas jika menggunakan kendaraan, khususnya roda empat.

Sebab di bawah sudah menanti Sungai Larangan yang mengalir ke proyek Uper Cisokan.

Warga dua wilayah kini tak harus memutar sejauh 5 kilometer untuk melakukan berbagai aktivitas warga di dua desa dan kecamatan tersebut.

Baca Juga: Kenal Ular Sejak Balita, Dara Cantik Asal Lembang Hidup Berdampingan dengan "Rambo"

Jembatan gantung itu merupakan akses ekonomi, sosial hingga pendidikan bagi warga sekitar.

Sebab, kini Sasak Gantung sudah kokoh kembali. Bagian landasan sudah diganti. Rangkaian utamanya sudah dikuatkan lagi. Untuk menambah estetika, warga pun mewarnai jembatan hingga memasang akesoris berupa lampu.

Penambaban aksesoris lampu dan pewarnaan menggunakan cat itu membuat Sasak Gantung bukan hanya layak untuk dilintas. Tapi juga cocok untuk dijadikan tempat swafoto atau selfie.

"Masayarakat merasa sangat senang bisa lagi lewat melalui jembatan itu, sampai sampai ketika malam takbiran mereka menyalakan kembang api dengan antusias seperti punya wahana baru," ujar Den.

Sekarang, Den dan warga lainnya di dua desa dan kecamatan berharap ada respon dari pemerintah jika suatu saat jembatan tersebut rusak kembali.

Sebab, beberapa kali jembatan itu diperbaiki selalu hasil swadaya masyarakat.

"Kondisinya sudah layak, tinggal respon dari pemerintah ke depannya akan bagaimana. Apakah akan dibebankan terus kepada masyarakat, atau akan ada sentuhan dari pemerintah. Sebab sudah 3 kali perbaikannya dari swadaya masyarakat," pungkasnya.

Terpisah, Ketua LSM Trapawana Jabar David Riksa Buana mengatakan, pembuatan jembatan gantung tersebut diperkirakan dibuat tahun 1905-1910.

Di sekitar jembatan, ada sejumlah peninggalan bersejarah lainnya seperti pabrik teh.

"Dulunya bagus pas zaman Belanda. Memang stuktur bangunan dulu mah pakai seling, landasan kayu," terang David.

Menurutnya, sebaiknya Sasak Gantung tersebut tetap mengusung konsep jembatan gantung. Sebab menurutnya jembatan tersebut menjadi salah satu saksi sejarah peninggalan zaman dulu.

"Bagusnya jangan diubah. Biar direhab seling lantai kalau ada jembatan baru pindah tempat. Sejarahnya, estetikanya bisa jadi aset pariwista, saksi sejarah," ujarnya.

Load More