SuaraJabar.id - Salah seorang pakar tata udara, Setiawan Hendra (38) mengklaim dirinya sukses menciptakan alat pembuat oksigen medis di tengah kelangkaan oksigen saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 ini.
Warga Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi itu membuat Oxygen Maker, yang diklaimnya bisa dipakai pasien COVID-19 sebagai alat bantu pernapasan.
Hendra mengaku memiliki dua generasi oxygen maker. Ia mengaku oxygen maker yang dibuatnya menggunakan alat dan bahan yang boleh dibilang jauh lebih mumpuni. Bahkan sebagian harus diimpor demi menjaga kualitasnya.
Oxygen maker generasi pertama sudah lama dibuatnya. Namun dulu, alat itu diperuntukkan sebagai alat menghemat bahan bakar kendaraan.
Baca Juga: Ukur Saturasi Oksigen dan Mengetahui Kadar Oksigen Normal, Begini Caranya
Namun karena krisis oksigen yang terjadi, dirinya lantas mengubah cara kerja alat tersebut untuk menghasilkan oksigen.
"Tapi sekarang karena kelangkaan oksigen, mendorong kami mengambil oksigennya yang dipakai untuk membantu pernafasan dan hidrogennya yang dibuang," jelas Hendra kepada Suara.com, Kamis (22/7/2021).
Setiawan menjelaskan oxygen maker tersebut terdiri dari dua buah tabung berukuran sedang yang sudah dikostumisasi. Di dalam tabung itu disimpang shell atau lempengan stainless murni antikorosi.
Kemudian di setiap tabung ada regulator pengatur oksigen serta selang yang mengalirkan oksigen ke sebuah tank kecil. Dari tank kecil itulah oksigen dialirkan lagi ke masker atau sungkup oksigen untuk digunakan membantu pernafasan seseorang.
Prinsipnya, kata dia, alat tersebut berfungsi untuk memisahkan molekul pada air yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Di dalam tabung itu terdapat pemisahan molekul di katup positif dan negatif.
Baca Juga: Bila Konsumsi BBM All-New Yamaha NMax 155 Connected Boros, Coba Manfaatkan Fitur Ini
Pada katup positif menghasilkan oksigen dan negatif menghasilkan hidrogen.
"Biasanya hidrogen kita ambil untuk pengiritan BBM dan oksigennya dibuang. Kalau sekarang dibalik, oksigennya diambil lalu hidrogennya dibuang," jelas Setiawan.
Kemudian untukOxygen Maker generasi kedua, Hendra menyebutkan lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Tentu tak menghilangkan fungsi utamanya sebagai alat penghasil oksigen.
Generasi kedua ini sudah dilengkapi casing dan kerangka besi berbentuk persegi.
Di dalam casing tersebut terdapat alat penghasil oksigen yang sudah dirakitnya. Oxygen maker tersebut terdiri dari oxymeter, storage tank untuk menampung oksigen, saklar pneumatik yang berfungsi mengalirkan oksigen dan udara lainnya, filter zeolite, dan serta pipa exchanger yang biasa ditemukan dalam AC atau sistem pendingin udara.
Lalu ia memasang hepafilter di kedua sisi untuk menyaring udara dari oksigen dan kandungan lainnya.
"Jadi kalau generasi pertama itu sistem kerjanya kimia karena ada perubahan molekul. Kalau yang kedua itu filtrasi udara. Jadi alat ini menjebak udara lalu dikumpulkan tapi dipisahkan antara oksigen yang 21 persen dengan 79 persen kandungan lainnya. Yang diambil oksigen murninya," terang Hendra.
Setiawan menyebut perakitan Oxygen Maker generasi 2 tak membutuhkan waktu lama dan biaya yang terlalu besar.
Mengingat semua partnya menggunakan alat dari pendingin udara meskipun sebagiannya tetap perlu diimpor demi menjaga kualitas.
"Sebetulnya part yang dipakai itu dari alat AC tapi kemudian saya sulap jadi alat oxygen maker ini. Cuma kalau filter zeolite saya pilih impor demi menjaga kualitas. Saya keluar modal sekitar Rp 8 juta. Tapi kalau mau beli yang sistem kerjanya hampir sama, mungkin bisa sampai Rp 90 juta," tutur Setiawan.
Satu unit oxygen maker generasi 2 yang dibuatnya bisa menampung sebanyak 20 liter per menit (LPM) oksigen. Keuntungannya alat tersebut tak membutuhkan isi ulang cairan elektrolisis seperti pada generasi 1.
Alat tersebut sudah melalui serangkaian ujicoba hingga akhirnya bisa digunakan oleh pasien terpapar COVID-19 yang benar-benar membutuhkan oksigen.
"Sudah dites beberapa kali dan dinyatakan layak. Alat ini bisa menaikkan kadar oksigen yang sebelumnya drop jadi meningkat beberapa persen. Karena kita tahu semua yang terpapar COVID-19 itu rata-rata butuh oksigen, biasanya saturasi mereka turun di bawah 90," ujar Setiawan.
Hendra berharap alat tersebut bisa dilirik oleh pemerintah maupun instansi lain yang bertanggungjawab pada penyediaan oksigen bagi pasien yang mengalami penurunan saturasi, terutama yang terpapar COVID-19.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Beredar Video Mobil Rusak Usai Isi Pertamax, Apa Kata Pertamina?
-
Honda SupraX 125 Kalah Irit dengan Saudaranya Sendiri, Konsumsi Bahan Bakarnya Tembus Segini
-
Pemerintah Berencana Ubah Subsidi BBM Menjadi BLT
-
Berantas Penyalahgunaan BBM hingga Pupuk Bersubsidi, Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Bentuk Subsatgas Gakkum
-
Misteri Terpecahkan: Ini Sebab Kemacetan Lalu Lintas Bikin BBM Motor Terkuras
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Lihat Jaksa di Sidang Tom Lembong Cengar-cengir, Publik Malah Kesal: Nasib Orang Dianggap Bercandaan!
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
5 Asteroid Paling Berbahaya Bagi Bumi, Paling Diwaspadai NASA
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
Terkini
-
Rooms Inc d'Botanica Bandung Ikut Semarakkan Program Akhir Tahun Artotel Wanderlust Bertajuk "Serenata Akhir Tahun"
-
Miris! Pelajar SMA Cianjur Jadi Kurir Narkoba Internasional, Raup Untung Puluhan Juta
-
Lari Sambil Donasi, OPPO Run 2024 Kumpulkan Dana untuk Pemberdayaan Disabilitas
-
Sikap Politik PWNU di Pilkada Jabar: Gubernur Terpilih Wajib Kuatkan Persatuan Umat
-
Dapat Bonus Logam Mulia 1 Gram, Yuk Ikuti KPR BRI Property Expo 2024