SuaraJabar.id - Wilayah Priangan di Jawa Barat merupakan tumpuan pemeritahan Kolonial Belanda semasa berkuasa. Jalur "kalung besi" pun dibuat untuk mempermudah pengiriman hasil bumi dari Priangan ke Batavia kala itu.
Salah satu saksi sejarah dibangunnya jalur kereta api era Belanda adalah Stasion Cimahi yang hingga kini masih aktif. Stasion Cimahi merupakan bagian dari pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.
Jalur Bogor-Bandung-Cicalengka mulai digarap sekitar tahun 1879 oleh perusahaan kereta api Negara Staatssporwegen (SS) sepanjang 181 kilometer. Stasion Tjimahi kemudian mulai beroperasi tahun 1884.
"Awalnya Stasiun Cimahi adalah sebuah Halteu, stasiun kecil," ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok kepada Suara.com, Rabu (28/7/2021).
Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta).
Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia.
Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.
Dengan terhubunhnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.
"Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia," kata Machmud.
Baca Juga: Seorang Kakek di Bandung Tewas Diinjak-injak Pemuda Mabuk saat Bubarkan Pesta Miras
Bersumber pada heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Halte Cimahi. Yakni jurusan Bogor - Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp).
Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.
Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.
Keberadaan Stasion Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.
"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.
Terkini, Stasion Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.
Berita Terkait
-
ISS Pensiun! NASA Akan Jatuhkan Stasiun Luar Angkasa Raksasa ke 'Kuburan Satelit' pada 2031
-
5 Permata Tersembunyi Kota Tua Jakarta: Dari Masa Kolonial ke Kemerdekaan
-
Awalnya Kasihan, Penuturan Ibu Penjual Risol Ini Mendadak Bikin Iri Netizen
-
Utang Kereta Cepat Whoosh Direstrukturisasi
-
Pramono Resmikan Klinik Pertama di Stasiun MRT: Urban Wellness di Tengah Mobilitas Kota
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Ada Apa? Dedi Mulyadi ke Ruang Kerja Kepala Kejari Purwakarta
-
Gaji Tambang Cuma Rp80 Ribu Sehari? Dedi Mulyadi Beri Kompensasi 9 Juta
-
Pertemukan 12 Negara, 4th IICF 2025 Pecahkan Rekor MURI untuk "Semarak Nandak Ondel-Ondel Betawi"
-
3 Nyawa Melayang di Pendopo Garut: Kasus Pernikahan Anak Gubernur Jabar Mandek?
-
Pakar ITB Ungkap Proses Rumit dan Mahal di Balik Sumber Air Industri AMDK