SuaraJabar.id - Panen raya seharusnya menjadi momen yang menggembirakan bagi petani. Namun hal itu tidak berlaku bagi petani di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Penyebabnya, harga sayuran justru anjlok.
Petani sayuran di Kampung Gamlok, RT 02 RW 05, Desa Cipada, Kecamatan Cisarua, KBB misalnya, Jumat (20/8/2021) mereka menggelar panen raya sejumlah tanaman sayuran di antaranya selada bokor, cabai rawit, cabai keriting, brokoli, buncis, tomat dan labu Siam.
Hasil panen tahun ini dianggap meningkat dibanding tahun lalu. Bahkan kualitas sayuran yang dihasilkan relatif sangat baik.
Namun, kondisi ini tetap tak menguntungkan bagi petani karena harga jual sayuran murah.
Baca Juga: BRI Salurkan KUR Rp558,6 Triliun ke 25,4 Juta Pelaku UMKM sejak 2015
"Harga turun semua, terendah saladah bokor itu kisaran Rp1.000 per kilogram, jadi tidak dipanen," kata salah seorang petani Ai Sapitra (36) dikutip dari Ayobandung.com-jejaring Suara.com.
Ai menduga penurunan harga sayuran disebabkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang berdampak ditutupnya sejumlah tempat makan, restoran, dan acara hajatan.
Ai mengatakan harga sayuran yang tengah naik adalah tomat dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. Namun, dirinya saat ini tidak menanam sayuran tersebut.
"Yang sekarang lagi naik itu tomat kalau yang lagi turun itu saladah bokor dan buncis. Tomat itu kisaran Rp 11 ribu sampai Rp 10 ribu tergantung kualitas tomatnya," jelasnya.
Ai berharap, pemerintah punya solusi terkait menurunnya harga sayuran. Selain itu, ibu dua anak itu ingin pemangku kepentingan bisa mengendalikan harga pupuk.
Baca Juga: Pengawas Ketenagakerjaan Dukung Iklim Ketenagakerjaan Kondusif di Masa PPKM
"Saat ini itu obat dan pupuk untuk sayuran juga mahal karena naik, kalau biasanya pupuk biasa itu Rp 12 ribu lima ratus, sekarang jadi Rp 15 ribu,"pungkasnya.
Sementara itu, Plt Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan mengatakan penurunan harga sayuran memang dampak dari PPKM.
Oleh karena itu pihaknya telah mengusulkan ke pemerintah pusat agar menerapkan kembali PPKM Mikro supaya beberapa wilayah yang zona hijau tetap bisa membuka sektor usaha.
"Terkait harga yang terkadang naik terkadang turun apalagi di kondisi PPKM ini yang biasanya omzet itu meningkat jadi turun akibat hotel-hotel mengurangi belanja. Memang naik turun itu sudah biasa bagaimana kita bisa mengolahnya," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Review Film Seribu Bayang Purnama: Membumi, Menyentuh, dan Menginspirasi
-
Kemarau Basah 2025: BMKG Ungkap Peluang Emas untuk Petani
-
Bagaimana Teknologi Ramah Lingkungan Bisa Bantu Petani Kurangi Emisi dan Biaya Produksi?
-
Polusi Batu Bara Rugikan Petani: Hasil Panen Padi dan Gandum Turun Hingga 10 Persen
-
Jadi Produsen Kopi Terbesar ke-4 Dunia, Pemerintah Janji Sejahterakan Petani
Terpopuler
- Selamat Tinggal, Kabar Tak Sedap dari Elkan Baggott
- 1 Detik Jay Idzes Gabung Sassuolo Langsung Bikin Rekor Gila!
- Andre Rosiade Mau Bareskrim Periksa Shin Tae-yong Buntut Tuduhan Pratama Arhan Pemain Titipan
- Penantang Kawasaki KLX dari Suzuki Versi Jalanan, Fitur Canggih Harga Melongo
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Keluarga dengan Sensasi Alphard: Mulai Rp50 Juta, Bikin Naik Kelas
Pilihan
-
Tok! Carlo Ancelotti Dibui 1 Tahun: Terbukti Gelapkan Pajak Rp6,7 M
-
Sejarah Nama Kompetisi Liga Indonesia: Dari Perserikatan Kini Super League
-
Dear Pak Prabowo: Penerimaan Loyo Utang Kian Jumbo
-
Eks Petinggi AFF Kritik Strategi Erick Thohir, Naturalisasi Jadi Bom Waktu untuk Timnas Indonesia
-
Siapa Liam Oetoehganal? Calon Penerus Thom Haye Berstatus Juara Liga Belgia
Terkini
-
Janji Tinggal Janji? Tumpukan Sampah di Pasar Sukanagara Cianjur Jadi Bukti
-
BSU 2025: BRI Permudah Akses Bantuan Sosial Lewat BRImo dan AgenBRILink
-
EIGER Junior Berikan 2.000 Tas Sekolah untuk Anak-Anak di Pelosok Indonesia
-
Kejari Gaspol Usut Korupsi BUMD Jabar: 23 Saksi Diperiksa, Aset Eks Dirut dan Aliran Dana Diselidiki
-
Selamatkan Jurnalis! DPR RI Desak Pemerintah Buat Platform Digital 'Made in Indonesia'