Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 28 Agustus 2021 | 16:44 WIB
Peta pemodelan dampak tsunami dari potensi gempa megathrust selatan selat sunda pada pesisir Sukabumi. [Sukabumiupdate.com/BMKG]

Gelombang tsunami mencapai teluk palabuhanratu, yang meliputi wilayah Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu hingga Simpenan dalam 20 menit.

Dengan ketinggian ombak di pantai mencapai 3 hingga 20 meter, Kecamatan Palabuhanratu menjadi titik terparah karena berada di teluk.

Kemudian Ciemas dan sebagian Ciracap, Surade, Cibitung dan Tegalbuleud tsunami akan datang dalam interval waktu 10 hingga 20 menit. Ketinggian ombak di pantai di sejumlah kecamatan ini bervariasi dari 8 hingga 20 meter.

Menurut Daryono Pemodelan tsunami diukur dari muka air laut rata-rata (mean sea level). Dalam kasus terburuk, jika tsunami terjadi saat pasang, maka tinggi tsunami dapat bertambah.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,1 Guncang Sulut, BMKG Ingatkan Potensi Gempa Bumi Susulan

Pemodelan tsunami memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang sangat tinggi, lanjutnya.

Hal ini disebabkan karena persamaan pemodelan sangat sensitif dengan data dan sumber pembangkit gempa yang digunakan.

"Beda data yang digunakan maka akan beda hasilnya, bahkan jika sumber tsunaminya digeser sedikit saja, maka hasilnya juga akan berbeda. Inilah sebabnya maka selalu ada perbedaan hasil di antara pembuat model tsunami," sambung Daryono.

Ia juga kembali menegaskan bahwa kajian potensi bencana seperti tsunami megathrust ini bukan bertujuan menakut-nakuti, namun untuk memperkuat mitigasi bencana yang harus dibangun bersama.

"Kajian potensi bahaya dengan menggunakan skenario terburuk penting untuk rujukan mitigasi, jadi kita ambil pahitnya agar kita lebih siap, meski kapan terjadinya tidak ada yang tahu, bahkan bisa jadi skenario terburuk tersebut belum tentu terjadi," tegas Daryono.

Baca Juga: BMKG Prediksi Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Begini Langkah Antisipasi Pemprov DKI

Load More