Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 29 September 2021 | 10:45 WIB
ILUSTRASI Santet. (12/10/2020). [Facebook]

SuaraJabar.id - Ancaman akan dibinasakan dengan cara disantet itu diterima oleh Dedi Jotak. Ia mengaku sempat didatangi oleh empat mantan perangkat Desa Banjaranyar yang mengancam akan menyantet dirinya.

Dedi kemudian meminta klarifikasi dari Kepala Desa Banjaranyar mengenai ancaman yang ia dapat dari empat mantan perangkat desa itu.

Disaksikan sejumlah warga, Dedi akhirnya bertemu dengan Kades Banjaranyar dan pihak Kecamatan dan Polsek banjarsari pada Senin (27/9/2021).

Mediasi tersebut nyaris berujung ricuh, baik warga yang diwakili Dedi alias Jotak dan Kades Banjaranyar Tata saling adu mulut.

Baca Juga: Mandi di Danau Bekas Galian Pasir di Tangerang, Bocah Perempuan 8 Tahun Hilang

Keduanya bersikukuh dengan argumen masing-masing. Dedi Jotak sendiri mengaku ia bersama dengan warga Banjaranyar lainnya sengaja mendatangi kantor desa untuk meminta klarifikasi kepada Kades.

Sejumlah warga Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, Jabar, mendatangi kantor Kepala Desa Banjaranyar, Senin (27/9/2021). [HR Online]

“Atas dasar apa dia (Kades) menyuruh empat orang mantan perangkat desa untuk melakukan tindakan pengancaman kepada saya dengan menggunakan jalur santet,” ujar Dedi Jotak.

Sampai saat ini pihaknya sudah mempunyai beberapa bukti termasuk pengakuan terkait hal ancaman santet itu.

“Makanya saya sengaja datang kesini untuk mempertanyakan kepada kepala desa secara langsung, tujuannya itu untuk apa?” jelasnya.

Jotak pun mendatangi kantor Desa Banjaranyar dengan membawa tiga orang saksi yang pernah melakukan atau mendatangi dukun untuk menyantet Jotak.

Baca Juga: Eks Camat di Sumut Tersangka Korupsi Dana Desa Ditahan

“Saksi yang saya bawa ini merupakan para mantan pegawai desa yang pernah datang ke beberapa orang pintar di beberapa wilayah, dan semuanya mengerucut mengatakan itu semua atas perintah dari kepala desa,” terangnya.

Lanjut Jotak, selama ini pihaknya mengaku sebagai salah seorang warga yang selalu kritis terhadap pemerintahan Desa Banjaranyar, baik dalam segi kinerja, maupun penerapan anggaran.

“Saya memang sangat kritis terhadap apa yang menjadi kebijakan pemerintahan desa terkait penggunaan anggaran, namun apakah itu salah? Sehingga menjadi salah satu pemicu kepala desa melakukan tindakan seperti ini, ini sangatlah tidak rasional,” ungkap Jotak.

Salah satu kritik yang Jotak sampaikan bersama kelompok masyarakat yakni soal anggaran dana padat karya tunai yang diduga tidak direalisasikan selama tahun 2018 dan 2019.

Jotak juga menyayangkan sikap Kades Banjaranyar yang melontarkan kata kata kasar di depan umum saat proses mediasi.

Lantaran proses mediasi ini gagal, lanjut Jotak, ia bersama sejumlah warga Banjaranyar lainnya akan melaporkan kepala desa ke Polsek Banjarsari atas dugaan adanya perbuatan tidak menyenangkan.

Senada dengan itu, Oky Herna Suganda Ketua BPD Desa Banjaranyar juga mengakui jika ia juga menjadi salah satu orang yang masuk dalam target dugaan pengancaman santet yang didalangi oleh kepala desa Banjaranyar.

“Awalnya saya mengetahui informasi ini dari salah seorang mantan pegawai desa yang menyebutkan, bahwa dirinya pernah diperintahkan oleh kepala desa untuk berupaya mengguna-guna saya lewat media orang pintar (dukun), bahkan luar biasa sampai ada lima dukun yang ia datangi untuk menyantet saya,” jelasnya.

Alasan Kades ingin menyantet Oki tak lain agar dirinya tidak menjadi orang yang kritis di desa.

“Bahkan ada yang lebih parah, katanya suruh dukun untuk membinasakan saya dengan santet,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Banjaranyar, Tata, menyangkal jika ia telah memerintahkan keempat mantan perangkat desa untuk pergi ke dukun dengan tujuan mengguna-guna kedua orang tersebut.

Ia pun akan melaporkan mantan perangkat desa Banjaranyar yang telah memfitnahnya.

“Yang jadi biang keroknya itu, Jajang dengan Obing (mantan perangkat desa) , dan saya siap jika mereka mau melaporkan saya ke ke polisi, saya pun akan melaporkan balik mereka,” tegasnya.

Load More