Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 06 Oktober 2021 | 11:11 WIB
Saat kemarau, Warga Kampung Cisalada, Sagaranten Sukabumi, terpaksa memanfaatkan air selokan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. [Sukabumiupdate.com/Ragil Gilang]

SuaraJabar.id - Kampung Cisalada, Desa Puncak Manggis, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi lokasinya tak begitu jauh dari tempat tinggal Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Bogor.

Meski begitu, kondisi warga di kampung ini cukup memprihatinkan. Warga di kampung ini tak punya akses air bersih layak konsumsi tiap memasuki musim kemarau.

Mereka kerap kesulitan air bersih tiap musim kemarau sehingga harus memanfaatkan air selokan untuk kebutuhan sehari-hari.

Mereka juga harus membuat sumur dadakan di sekitar aliran sungai atau di sekitar pegunungan yang dekat perkampungan.

Baca Juga: Hilang Kontak, Speed Boat yang Ditumpangi Bupati Fakfak Usai Hadiri Kunker Jokowi Selamat

Hal itu terpaksa dilakukan karena warga Cisalada selalu mengalami kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi,cuci dan kakus.

Air yang diperoleh warga dari kawasan pegunungan atau sungai itupun kualitasnya sangat tidak layak, karena cenderung keruh.

Biasanya warga berduyun-duyun ke sumber air untuk keperluan mandi,cuci baju atau buang air besar. Setelah itu mereka membawa pulang sedikit air dengan alat seadanya.

Menurut Ketua RT Cisalada, Ali, jika kemarau melanda lebih dari tujuh bulan, warganya terpaksa harus mencari sumber air dengan menempuh jarak sekitar 1-2 kilometer dengan berjalan kaki.

Sumber air yang dimaksud yakni aliran sungai dan mata air di kawasan pegunungan.

Baca Juga: Viral Anak Usia 3 Tahun Tak Punya Akta Lahir Karena Namanya Terdiri dari 19 Kata

"Saat kemarau warga di sini biasanya membuat sumur dadakan di sekitar sungai atau di pegunungan," ujar Ali.

Selama ini warga terpaksa hanya mengandalkan air selokan yang disalurkan ke tempat penampungan melalui pipa.

Kepala Desa Puncak Manggis, Ahmad Nuryani mengakui sebanyak 40 kepala keluarga di Kampung Cisalada selalu mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau tiba.

"Selama ini warga menggunakan air selokan dari pegunungan untuk kebutuhan air bersih, dan memang saat terjadi kemarau untuk memperoleh air harus berjalan 1-2 kilometer untuk membuat sumur dadakan ditepi sungai," beber Ahmad Nuryani.

Namun kini, lanjut Ahmad, kesulitan warga untuk mendapatkan air bersih sepertinya akan tertanggulangi. Hal ini menyusul adanya bantuan sumber air bersih dan sarana MCK dari perusahaan milik pemerintah.

Load More