Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 27 Oktober 2021 | 14:09 WIB
Ular cobra yang muncul di retakan di pemukiman warga Kompleks Tipar Silih Asih, RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. [Istimewa]

SuaraJabar.id - Musim penghujan ini membuat warga Kompleks Tipar Silih Asih, RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dihantui rasa cemas lagi.

Bukan hanya bahaya dari potensi bencana alamnya saja, namun kemunculan ular yang masuk ke pemukiman membuat warga semakin dihantui rasa khawatir. Dalam beberapa hari terakhir ini ada dua ekor ular yang masuk ke rumah warga.

"Sejauh ini ada 2 ekor ular kobra yang masuk ke rumah warga. Ada yang panjangnya hampir 2 meter Untuk kebutuhan ketahuan," kata Ketua RT 04/13, Desa Laksanamekar, Padalarang, Heru Agam saat dihubungi Suara.com pada Rabu (27/10/2021).

Ular-ular tersebut, terang Heru, masuk melalui dinding yang sudah terbelah sebelumnya dikarenakan dampak dari aktivitas blasting atau peledakan untuk menembus Gunung Bohong sebagai trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Baca Juga: Anggaran Proyek Kereta Cepat Tidak Rasional

"Ular itu masuk ke rumah di sebelah saya yang memang posisi retakannya cukup besar. Sekarang udah ditutup sama GRC. Satu lagi di depan rumah saya," ungkap Heru.

Dikatakan Heru, kemunculan ular saat musim penghujan ini tentunya menambah was-was warga Kompleks Tipar Silih Asih yang sebelumnya sudah dibuat cemas dengan kondisi tempat tinggal yang mereka tinggali.

Kondisi itu dialami warga sejak adanya aktivitas blasting pembuatan terowongan atau tunnel 11 d Gunung Bohong hingga membuat rumah-rumah warga mengalami kerusakan seperti retakan pada dinding dan lantai.

"Struktur tanah itu sekarang di sini mengkhawatirkan. Ada beberapa rumah yang lantainya sudah tidak rata lagi karena ada penurunan tanah. Belum lagi takut ada longsor," ujar Heru.

Ketua RW 13 Desa Laksanamekar, Rudianto mengatakan, warga RW 13 meminta pemerintah untuk melakukan kajian ulang mengenai kondisi pemukiman mereka setelah usai aktivitas blasting yang dilakukan sejak tahun 2019.
Menurut Rudianto, tercatat ada sekitar 340 kali ledakan dari pembuatan tunnel di Gunung Bohong.

Baca Juga: Ada Temuan Peserta Vaksinasi di Tempat Wisata Diminta Rp 900 Ribu, Dusun Bambu Buka Suara

Mereka ingin mengetahui apakah pemukiman yang ditinggali selama puluhan tahun itu aman atau tidak untuk ditinggali.

Sebab, struktur tanah yang warga tinggali kini sangatlah mengkhawatirkan. Mereka khawatir sewaktu-waktu terjadi longsor atau tanah amblas.

"Kalau hasil kajiannya aman, ya kami senang. Dengan catatan tolong perbaiki rumah kami, kemudian bagaimana penguatan tanahnya. Kemudian kalau hasilnya tidak aman, bagaimana soulisnya," jelas Rudi.

Seperti diketahui, aktivitas peledakan untuk menebus Gunung Bohong itu dilakukan sejak tahun 2019 dan berdampak terhadap rumah-rumah warga di Kompleks Tipar Silih Asih.

Banyak rumah warga yang mengalami kerusakan berupa retakan pada dinding dan lantai.

Ada sekitar 166 Kepala Keluarga (KK) yang dihuni sekitar 450 jiwa. Mereka menghuni sekitar 120 rumah.

"Dari total jumlah itu, sekitar 80 persen terdampak. Minimal ada retakan pada dinding sama lantai," pungkas Rudi.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More