Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 28 Oktober 2021 | 20:34 WIB
Pengunjung masuk ke dalam Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur. [ANTARA FOTO/Zabur Karuru]

Ia kemudian dilepaskan setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.

"Tertangkapnya memang di Surabaya. (WR) Supratman kan punya sakit paru-paru," terang Budi.

Wage bukan hanya seorang pencipta lagu, ia juga merupakan seorang wartawan dan pejuang lewat cara-caranya.

Budi berharap pada Hari Sumpah Pemuda ini, apa yang dilakukan WR Supratman yang mampu menyatukan para generasi muda dari berbagai suku kala itu bisa menjadi contoh dan dilestarikan generasi masa kini.

Baca Juga: Kisah Haru dan Nasionalisme Mantan Perakit Bom Solo Saat Hari Sumpah Pemuda

"Dengan musik, dengan biola pada zaman yang belum ada teknologi tapi bisa mempersatukan generasi muda dari berbagai bisa ngumpul tanpa adanya WhatsApp. Mereka spontan bisa berkumpul mempersatukan bahwa kita satu bangsa. Itu yang harus lestarikan," imbuh Budi.

Rumah Orang Tua WR Supratman Sudah Dipugar

Rumah orang tua Wage di Kota Cimahi kini sudah dipugar. Meskipun pada masa pendudukan Jepang tahun 1943, rumahnya sempat direnovasi menjadi rumah permanen dengan arsitektur khas Belanda.

Setelah orang tua Wage meninggal dunia, rumah tersebut ditempati oleh kakak Wage, Ngadini.
Selanjutnya rumah ditinggali anak cucu Ngadini, yang terakhir bernama Ucok Soepratman Batubara.

Sejak ditinggali anak cucu Ngadini, rumah dirombak dan dikontrakkan kepada perusahaan waralaba tadi. Bagian muka bangunan yang klasik dirombak menjadi toko.

Baca Juga: Belanda Juga Laporkan Lonjakan Kasus COVID-19, Tertinggi Sejak Juli

Sehingga sebagian arsitektur klasiknya hilang. Kini dijadikan sebagai tempat usaha jasa fotocopy.

Load More