SuaraJabar.id - Gabungan organisasi pegiat lingkungan, lembaga bantuan hukum dan HAM, pelajar-mahasiswa, dan berbagai elemen lainnya yang tergabung dalam Bandung Berisik (Bersatu Selamatkan Iklim) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/11/2021).
Dalam aksi tersebut, beberapa isu yang disuarakan menyangkut kerusakan lingkungan atau ekologis, permasalahan HAM, hingga pelemahan demokrasi yang terjadi di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Semua itu dipandang saling bertaut.
Khusus mengenai isu lingkungan, yang turut jadi sorotan adalah gelaran COP26 atau Conference of Parties ke-26. Diketahui, acara yang mempertemukan para kepala negara itu diwacanakan guna membahas sikap global terhadap isu perubahan iklim.
Namun, elemen Bandung Berisik menilai bahwa pertemuan itu sejatinya hanya bualan. Pasalnya, negara-negara yang terlibat, termasuk Indonesia, pada kenyataannya dipandang gemar melakukan perusakan lingkungan atas nama pembangunan.
"Pemerintah membawa empat poin dalam COP26. Kualitas lahan, kualitas air, kualitas laut, dan kualitas udara. Faktanya, di Indonesia, khususnya Jawa Barat bagian utara dan selatan mengalami krisis di semua poin itu," ungkap Amel, relawan Solar Generation di sela aksi.
Amel menyebut, proyek yang merusak lingkungan di Jawa Barat salah satunya adalah PLTU batu bara di Indramayu. Hal ini turut disorot oleh Pengkampanye Urban WALHI Jabar, Klisjart.
Dalam catatan WALHI Jabar, sudah ada empat PLTU batu bara di pesisir utara dan satu di pesisir selatan Jawa Barat. Jumlah itu masih akan bertambah tiga lagi di pesisir utara. Adapun, nilai indeks kualitas lingkungan hidup Provinsi Jawa Barat sebesar 61,59 poin, berada di urutan empat terbawah dari 33 provinsi.
"PLTU batu bara merupakan salah satu penyumbang emisi paling besar dan pencemar dari proses pembakaran batu bara yang asapnya dilepas ke udara. Limbah air panas bekas pendinginan dan kerja pembangkit dibuang ke perairan laut, sehingga mengganggu ekosistem pesisir dan laut utara Jawa Barat," kata Klisjart dalam pernyataannya.
"Di tataran tapak, alih fungsi lahan akibat pembangunan PLTU batu bara merampas mata pencaharian dan membuat suram masa depan para buruh tani, petambak garam, dan nelayan kecil," imbuhnya.
Baca Juga: Cuitannya Tuai Kritik, Menteri Siti: Pesan Presiden Jokowi Jelas, Harus Ada Keseimbangan
Sementara itu, perwakilan massa aksi lainnya, Pram dari Extenction Rebellion Bandung mengatakan, aksi Bandung Berisik adalah sikap protes dan kemuakan sipil melihat tindak tanduk pemerintah yang tidak peduli pada lingkungan.
Pram menegaskan, untuk menghayati kerusakan lingkungan yang terjadi bisa dengan menyadari peristiwa yang terdekat, termasuk bencana banjir dan longsor di Kota Bandung sendiri.
"Ini jadi satu bukti. Kita tidak perlu bicara soal riset dampak krisis ekologis, bisa dirasakan oleh pengalaman sendiri secara empiris. Indikasinya, curah hujan tidak stabil itu karena kenaikan permukaan air laut karena pemanasan global," katanya.
"Belum lagi, Kota Bandung terus dihantam oleh pembangunan perumahan, hotel, dan lainnya, seperti kawasan Bandung Utara," imbuhnya.
Dengan segala krisis ekologis yang terjadi, kembali ke soal COP26, Pram melabeli pertemuan internasional itu hanya menjadi ajang pertemuan para pembohong.
"Kami mengklaim bahwa COP26 bukan pertemuan yang membahas lingkungan, itu hanya pertemuan pebisnis dan pembohong untuk membicarakan profit mereka ke depan dengan mengeksploitasi alam," tandasnya.
Tag
Berita Terkait
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Bahlil Tak Ambil Pusing Soal Tambang Emas di Mandalika: Proses Hukum Aja!
-
Miris! Dedi Mulyadi Temukan Supir Truk Aqua Sudah Sepuh, Digaji Rp125 Ribu
-
Kontroversi Keaslian Aqua: Bongkar Kandungan dan Risiko Air Pegunungan vs Air Sumur Bor
-
Ketua Majelis Hakim Heran, PT WKM Pasang Patok di Wilayah IUP Sendiri Malah Dituntut Pidana
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Senyum Lebar Heni Mulyani, Mantan Kades di Sukabumi yang Tilep Uang Rakyat Rp500 Juta
-
Keajaiban di Balik Insiden KA Purwojaya Anjlok di Bekasi: 232 Penumpang Dipastikan Selamat!
-
Janji Nikah dan Hadiah Palsu! Guru Honorer Pembina Seni di Sukabumi Malah Jadi Predator Anak
-
Aneh tapi Nyata! Cari Rezeki di Lahan Sendiri, Dua Warga Sukabumi Malah Terancam Denda Rp100 Miliar
-
Dedi Mulyadi Ingin Bertemu Menteri Purbaya: Kayak Ketemu Pacar Aja!