Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 10 November 2021 | 16:00 WIB
Relief di Tugu Perjuangan Rakyat Cipongkor yang menggambarkan kekejaman Tentara Belanda membantai puluhan warga Desa Cijambu, Kabupaten Bandung Barat di tahun 1930-an lalu. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

"Zaman Belanda yang dibawa itu dibunuhnya di pasir (Pasir Kentit)," ucap Aki Tata.

Ia pun bercerita betapa kejinya para serdadu Belanda kalau itu. Warga-warga yang dikumpulkan kemudian digiring ke Pasir Kentit. Semuanya mendapat siksaan, hingga tewas dibunuh.

Namun, Abah Tata masih ingat ada dua orang yang selamat dari peristiwa itu.

Seingatnya namanya Sukroni dan Udi. Keduanya selamat setelah berpura-pura mati di bawah tumpukan warga yang sudah meninggal dan lompat ke sebuah jurang yang dangkal dan dipenuhi dedaunan.

Baca Juga: Cium Bau Mencurigakan, Petugas Kebersihan Terkejut Temukan Ini di Gorong-gorong

"Pokoknya mah biadab.Yang dibawa ke pasir itu sisa 2 orang yang selamat," ucap Aki Tata.

Untungnya, Aki Tata selamat dari peristiwa keji puluhan tatu lalu yang sulit untuk dilupakannya. Ia dan warga lainnya yang selamat ketika itu bersembunyi di sebuah gua yang tak diketahui serdadu Belanda.

Cerita kelam bumi hangus dan pembantaian pilihan tahun lalu juga disaksikan Emak Ani. Kala itu usianya masih sekitar 7 tahun.

Ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski usianya masih belia, kejadian kelam tersebut masih terpatri dalam ingatannya.

Ia bersama Aki Tata menjadi seorang saksi yang masih hidup di usia senjanya. Menurut Emak Ani, para serdadu Belanda mendatangi satu per satu rumah warga untuk mencari seseorang yang bernama Abun.

Baca Juga: Kembali ke Timnas Indonesia, Ezra Walian Apresiasi Persib Bandung

Namun tidak ada warga yang mengaku bernama Abun. Abun sendiri bernasib malang ketika itu. Ia ditembak mati meskipun berkelit dan mengaku bernama Kardi.

Load More