Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 10 November 2021 | 16:00 WIB
Relief di Tugu Perjuangan Rakyat Cipongkor yang menggambarkan kekejaman Tentara Belanda membantai puluhan warga Desa Cijambu, Kabupaten Bandung Barat di tahun 1930-an lalu. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Serdadu Belanda pun semakin beringas. Salah satu yang diingatnya ketika itu ada rumah seorang pemuka agama yang disantroni rumahnya.

"Nuju solat subuh ajengan (lagi salat subuh pemuka agama) digedor. Pas dibuka panto, diseret digorok sama mertuanya (Dibuka pintu, diseret, digorok dengan mertuanya)," kisah Emak Ani.

Suasana di kampungnya semakin mencekam. Warga yang ketakutan terus berteriak histeris.
Tak ada perlawanan berarti ketika itu, sebab kedatangan serdadu Belanda itu bak serangan fajar dengan bersenjata lengkap.

Melawan sedikit, siksaan hingga pembunuhannya yang diterima warga.

Baca Juga: Cium Bau Mencurigakan, Petugas Kebersihan Terkejut Temukan Ini di Gorong-gorong

"Kalau melawan disika lalu dibunuh. Ada yang kepalanya diinjak, lalu ditembak," ucap Emak Ani.

Sementara Ani kecil dibawa orang tuanya yang bersembunyi bersama warga kampung lain di kebun bambu pinggir sisi sawah, sehingga ia masih hidup hingga Indonesia merdeka.

Peristiwa keji tersebut tetap dikenang dengan pendirian Tugu Perjuangan Rakyat Cipongkor di lokasi kejadian. Tugu itu berbentuk bambung runcing itu berada di sebuah pelataran yang tinggi.

Pada tugu tertulis keterangan peresmiannya, 20 Januari 1984 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung H Sani Lupias Abdurrachman yang tepat berada di dekat rumah yang kini ditinggali Emak Ani.

Tak hanya tugu, tembok pelatarannnya juga dihiasi relief atau pahatan yang menggambarkan secara singkat adegan eksekusi yang terjadi puluhan tahun lalu.

Baca Juga: Kembali ke Timnas Indonesia, Ezra Walian Apresiasi Persib Bandung

Di antaranya ada sosok yang tangannya terikat membelakangi sosok dengan kepala mengenakan baret dan menodongkan senjata api.
Ada pula pahatan sosok dengan mimik menjerit sambil memegangi dadanya yang terluka.

Load More