SuaraJabar.id - Dokter spesialis penyakit dalam menyarankan para relawan dan warga di sekitar Gunung Semeru Kabupaten Lumajang Jawa Timur untuk tetap menggunakan masker.
Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Arto Yuwono Soeroto mengatakan penggunaan masker, selain untuk mencegah penularan virus corona penyebab COVID-19, ia menjelaskan, masker dibutuhkan untuk menghindari dampak paparan debu vulkanik yang mengandung silika, yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan.
"Pada orang yang tidak punya riwayat penyakit paru, debu-debu vulkanik dalam keadaan akut bisa bikin iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan saluran napas," kata Arto dalam keterangan pers yang diterima di Bandung, Jawa Barat, mengutip Antara Jumat (10/12/2021).
Ia menambahkan, orang yang terpapar debu vulkanik dalam waktu lama berisiko mengalami kelainan paru-paru yang disebut silikosis.
Pada orang yang punya penyakit paru-paru seperti asma dan penyakit paru-paru obstruktif kronik, ia melanjutkan, paparan debu vulkanik akan memperberat penyakit.
Oleh karena itu, Arto menyarankan para sukarelawan yang bertugas di sekitar Semeru memakai masker N95 yang memiliki kemampuan paling baik dalam menyaring debu vulkanik.
"Idealnya pakai masker N95, tetapi semuanya dikaitkan dengan persediaan dan biaya," kata Arto.
Warga yang mengungsi atau berada di sekitar Gunung Semeru, ia melanjutkan, sebaiknya paling tidak memakai masker medis.
"Sebaiknya jangan pakai masker kain, karena proteksinya tidak besar. Tapi jika tidak ada persediaan masker medis, masker kain bisa dipakai daripada tidak memakai sama sekali," katanya.
Apabila memungkinkan, dia menyarankan agar masker diganti setiap empat jam sekali atau ketika masker dalam kondisi basah.
Arto juga menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 di tempat-tempat pengungsian warga yang terdampak peningkatan aktivitas Gunung Semeru.
"Jangan hanya mencegah debu masuk ke tenda pengungsian, tetapi perlu ditimbang juga mengenai upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19," katanya.
Berita Terkait
-
Menimbang Arah Baru Partai Berbasis Islam, Dari Ideologi ke Pragmatisme Kekuasaan
-
Bencana Lahar Hujan Semeru, 300 KK Terisolasi dan Akses Jalan Terputus
-
10 Pendakian Seru di Indonesia yang Wajib Dicoba oleh Pencinta Alam
-
Masih Bingung Harus Pakai Sunscreen SPF Berapa? Ini Jawaban Dokter Spesialis Kulit
-
4 Gel Mask yang Ampuh Redakan Wajah Kemerahan dan Kontrol Minyak
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
Gerbang Tol Karawang Timur Diambil Alih Tanggung Jawab Bupati Aep, Apa Rencananya?
-
Pakar Kebijakan Publik Kritik MK: Polisi dan Kementerian Sama-Sama Sipil
-
AKPI Tawarkan Solusi UU Kepailitan Baru untuk Sukseskan Perampingan BUMN Era Prabowo
-
Kronologi Lengkap Pembunuhan Sadis di Tol Jagorawi
-
Penampakan Tali Jemuran Merah Jadi Saksi Bisu Maut Driver Taksi Online di Tol Jagorawi