Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 05 Januari 2022 | 05:00 WIB
ILUSTRASI - Wisatawan memadati objek wisata Pantai Kuta saat liburan tahun baru di Badung, Bali, Sabtu (1/1/2022). [ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo]

SuaraJabar.id - Indonesia melewati periode libur Natal 2022 dan Tahu Baru 2022 tanpa lonjakan kasus COVID-19.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Nasional Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adi Sasmito dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/1/2022).

"Biasanya, tantangan kita memasuki periode libur panjang adalah kenaikan kasus, seperti pada periode Idul Fitri 2021. Namun kita baru saja berhasil melewati periode libur Natal dan Tahun Baru 2022 tanpa adanya lonjakan kasus," kata Wiku dikutip dari Antara.

Indonesia, ia melanjutkan, bahkan berhasil mempertahankan tren penurunan kasus COVID-19 sementara di negara-negara lain angka penularan penyakit itu meningkat setelah persebaran virus corona varian Omicron.

Baca Juga: Selama Operasi Lilin 2021, Polres Bogor Putar Balik 15 Ribu Kendaraan

Wiku menjelaskan bahwa selama November 2020 sampai Januari 2021 angka kasus COVID-19 terus meningkat. Pada pekan pertama tahun 2021 angka kasus infeksi virus corona bahkan mencapai 52.694 kasus.

Menurut Wiku, ada lima provinsi yang memberikan sumbangan kasus paling banyak selama kurun itu, yakni DKI Jakarta (13.317 kasus), Jawa Barat (7.832 kasus), Jawa Tengah (6.726 kasus), JawaTimur (6.375 kasus), dan Sulawesi Selatan (3.656 kasus).

Sedangkan pada awal tahun 2022, menurut Wiku, hanya terjadi penambahan 1.409 kasus COVID-19.

"Ini jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, yang mencapai 52.000 kasus," katanya.

Wiku berharap pandemi COVID-19 berubah menjadi endemi pada 2022.

Baca Juga: Akhirnya, Setelah 6 Bulan, Bontang Zero Kasus Covid-19

"Saat ini kita telah memasuki tahun yang baru, yaitu tahun 2022, banyak harapan dan upaya yang tentunya lebih besar lagi di tahun ini dan untuk dapat terus berjuang melawan COVID-19 hingga akhirnya terlepas dari status pandemi dan menuju endemi," tuturnya.

Wiku mengemukakan pentingnya intervensi dan upaya pengendalian yang sesuai dengan dinamika penularan COVID-19 guna menekan penularan penyakit tersebut.

"Dengan kondisi 152 kasus Omicron, di mana enam di antaranya merupakan kasus yang berasal dari non-pelaku perjalanan luar negeri, sudah sepatutnya kita segera melakukan gerakan penanganan ganda, tidak hanya di pintu kedatangan, namun juga di komunitas untuk memutus rantai penularannya segera," katanya.

Load More