Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 05 Februari 2022 | 16:48 WIB
Pertunjukan reak jadi bagian aksi protes mahasiswa ISBI Bandung mengenai gedung mangkrak di kampus ISBI Bandung Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Jumat (4/2/2022).[Suara.com/M Dikdik RA]

SuaraJabar.id - Sosok Bangbarongan berwajah semerah saga menari di antara suara waditra yang mistis. Kostum tiruan mahkluk buas itu konon digerakkan oleh seseorang yang tak sadar diri karena kerasukan.

Tabuhan alat musik dogdog semakin lama terdengar seperti semakin memburu. Bangbarongan pun terus bergerak secara ganjil, mencuri setiap mata orang-orang yang berada di lokasi, dekat sebuah gedung mangkrak, di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jumat (4/2/2022).

Pertunjukan kelompok Reak Juarta Putra jadi bagian aksi protes mahasiswa ISBI. Mahasiswa mempertanyakan pembangunan gedung Galeri Seni yang mangkrak bertahun-tahun tersebut. Pihak kampus ditagih untuk memberikan kejelasan dan pertanggungjawaban.

Pantauan suara.com, terlihat sejumlah tempelan baliho besar di dinding gedung, di antaranya bertuliskan, "Dididik untuk kritis namun ditolak dalam kritis," atau "Usut tuntas gedung mangkrak". Selain baliho, seonggok robot kaleng bekas tergantung menggamit bendera hitam. Sementara, bilah seng masih mengitari area gedung.

Baca Juga: Tinjau Pameran 7100 Produk UMKM Bandung, Gus Muhaimin: Kualitas Oke, Tinggal Pemasaran

Gedung itu mulai dibangun sejak 2014 silam, berdiri empat lantai. Sepengetahuan mereka, setiap lantai akan difungsikan berlainan dari mulai ruang pameran, studio screening film dan sebagainya. Namun, delapan tahun berjalan pembangunan ternyata belum juga selesai.

"Kapan gedung ini akan selesai?" kata Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ISBI Bandung, Gilang.

Mahasiswa malah mendapat kabar jika gedung itu justru akan dirobohkan kembali karena ada masalah konstruksi.

Kabar itu misalnya pertama kali didengar Ketua Keluarga Mahasiswa Teater (KMT), Syahrul, dalam sebuah pertemuan antara organisasi-organisasi mahasiswa dengan Rektor ISBI, Prof. Een Herdiani, pada November 2021 lalu.

"Rektor juga malah membicarakan soal pkl-pkl (pedagang kaki lima) yang di depan kampus (Jalan Cijagra). Pihak kampus mengatakan bahwa itu (pkl) kumuh, justru menurut kami ini (gedung mangkrak) yang lebih kumuh," katanya.

Baca Juga: Tak Setop Sementara PTM di Tengah Kenaikan Kasus COVID-19, Pemkab Bandung Barat Pilih Lakukan Ini

"Seolah gedung ini ditutup-tutupi, akhirnya mahasiswa malah banyak mempertanyakannya. Bagaimana latar belakangnya sehingga ini mangkrak?," katanya lagi.

Pertunjukan protes dimulai sejak sekitar dua minggu lalu. Sebelumnya, forum dosen ISBI dikabarkan terlebih dahulu menggelar aksi di depan gedung mangkrak itu, melalui orasi dan performing art.

Setelah aksi forum dosen kampus menerbitkan surat edaran yang melarang civitas akademika untuk berada di area pembangunan gedung dengan alasan berbahaya.

Surat edaran bernomor 337/IT8/RT.06.00/2022 yang ditandai Rektor ISBI, 29 Januari 2022, bahkan mengancam memberikan sanksi kepada siapapun yang mendekati area pembangunan.

"Surat edaran baru disebarkan selepas aksi forum dosen. Kenapa mereka tidak menyebarkan dari tahun-tahun sebelumnya? Bahkan ketika surat edaran keluar satpam itu baru tahu dari kita. Ini kan malah jadi janggal," kata Gilang.

"Mahasiswa geram dipicu surat edaran. Pertama itu keluar setelah aksi dengan tendensi berbahaya dan lain-lain, sedangkan gedung tari yang berdempetan dengan gedung ini tetap beroperasi selama ini, kenapa tidak dikhawatirkan sejak dulu?" kata Syahrul.

Oleh karena itu, mahasiswa makin sepakat untuk terus menggelar pertunjukan-pertunjukan protes di depan gedung mangkrak itu.

"Kita tunggu Rektor apakah ia mau turun langsung kepada mahasiswa untuk menjelaskan terkait kejelasan gedung itu. Jika tidak ada kita akan terus menerus mengadakan aksi," kata Gilang.

"Kita akan terus melakukan aksi-aksi kecil gitu, nongkrong sambil memutar musik, supaya ramai di depan," tambah Syahrul.


Sempat Diminta Tak Ikut Campur

Saat bertemu suara.com, Gilang sempat menunjukkan beberapa bagian percakapan pesan singkat antara dirinya dengan salah seorang pejabat kampus. Isinya meminta agar mahasiswa tidak ikut campur ihwal masalah gedung, mahasiswa juga diminta untuk tidak terprovokasi oleh aksi forum dosen.

Namun, Gilang maupun Syahrul beranggapan bahwa tak ada salahnya mahasiswa menanyakan kejelasan fasilitas kampusnya. Kampus justru harus jadi ruang terbuka yang demokratis, tempat leluasa bagi suara-suara mahasiswa berpendapat dan menuntut haknya.

"Kenapa hal yang besar saja, yang jelas nampak, yaitu gedung ini tidak boleh dipertanyakan? Apa yang ditakuti ketika ini diketahui oleh banyak orang?" kata Syahrul.

Kontributor : M Dikdik RA

Load More