Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 08 Februari 2022 | 09:59 WIB
Penampakan kelangkaan minyak goreng yang terjadi di pasar tradisional Kota Banjar, Jawa Barat. [Muhlisin/HR Online]

SuaraJabar.id - Kebijakan Pemerintah Pusat memberlakukan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng justru membuat komoditas tersebut hilang dari pasaran.

Alih-alih bisa dibeli dengan harga murah, sejumlah pedagang di Pasar Banjar, Kota Banjar malah kehabisan stok minyak goreng sehingga memutuskan untuk berhenti berjualan.

Tak hanya itu, antrian jerigen para konsumen juga terlihat memenuhi salah satu toko menunggu kedatangan minyak goreng.

Salah seorang pedagang, Hj. Iin Ridwan menuturkan, kelangkaan minyak goreng curah maupun kemasan terjadi sejak hari Jumat lalu. Sampai sekarang belum ada pengiriman barang.

Baca Juga: KPPU Sebut Terbentuk Oligopolistik Minyak Goreng, Sebagian Besar Dikuasai Hanya 4 Produsen

Sebagian pedagang juga tidak melayani penjualan minyak goreng sampai waktu yang tidak tentu karena tidak ada pengiriman barang.

“Dari kemarin Jumat (4/2/2022)  sudah nggak ada. Ini juga banyak jerigen warga yang antri pada ditinggal di toko,” terang Iin kepada wartawan, Senin (07/02/2022).

Untuk memenuhi persediaan minyak goreng di Pasar Banjar, Iin sudah berupaya mencari stok minyak goreng sampai ke luar daerah, bahkan hingga Jakarta.

Namun, hampir semua daerah juga mengalami kelangkaan minyak goreng. Iin mengaku tidak tahu persis apa yang menjadi penyebab langkanya minyak goreng tersebut.

Dampak dari kelangkaan minyak goreng, lanjut Iin, sekarang ini banyak konsumen yang komplain dan mengeluh.

Baca Juga: Tagar Tumpas Mafia Minyak Goreng Menggema di Twitter, Warganet Tagih Janji Pemerintah

“Banyak pembeli yang nanyain minyak kosong terus. Saya juga nggak tahu kenapa, tapi memang barangnya lagi nggak ada,” katanya.

Iin menyebutkan, terakhir ada penyaluran minyak goreng curah di Pasar Banjar pada hari Kamis lalu dengan harga penjualan Rp 14 ribu per kilogram.

Sampai saat ini para pedagang masih menunggu penyaluran stok minyak goreng agar penjualan bisa kembali berjalan normal.

“Biasanya saya habis dua drum minyak goreng curah isi 260 kilogram per hari. Tapi sekarang lagi nggak jual. Terakhir kemarin hari Kamis ada distribusi,” ungkap Iin.

Terpisah, salah seorang sales minyak goreng, Abah Yayan mengatakan, dari informasi yang ia terima, kemungkinan kelangkaan tersebut karena banyak pelaku usaha yang takut merugi.

Menurutnya, kebijakan pemerintah berupa memberikan subsidi secara tiba-tiba terasa memberatkan. Sehingga barang yang sudah ada sebelumnya harus mengikuti harga subsidi.

“Intinya, para distributor besar tidak berani beli karena takut harga turun. Semua pabrik minyak sawit dapat subsidi harga jualnya sama pemerintah secara tiba tiba. Dengan begitu maka barang yang sudah dibeli harus mengikuti harga subsidi,” kata Abah Yayan.

Sementara itu, Kepala Dinas KUKMP Kota Banjar, Edi Herdianto, didampingi Fungsional Muda Analisis Kebijakan, Budiana Hamzah mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak distributor.

Edi mengatakan, kelangkaan tersebut terjadi karena belum ada pendistribusian barang atau stok baru. Sedangkan untuk stok yang lama sudah ada penarikan.

Selain itu, kemungkinan juga belum ada penggantian subsidi dari pemerintah pusat sehingga distribusi menjadi terhambat.

“Jadi barang yang lama itu ditarik, sementara barang yang baru belum dilakukan distribusi. Kemungkinan juga belum ada penggantian subsidi dari pusat. Kalau pembayaran sudah mungkin distribusi juga lancar,” terang Edi.

Load More