SuaraJabar.id - Kebijakan Pemerintah Pusat memberlakukan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng justru membuat komoditas tersebut hilang dari pasaran.
Alih-alih bisa dibeli dengan harga murah, sejumlah pedagang di Pasar Banjar, Kota Banjar malah kehabisan stok minyak goreng sehingga memutuskan untuk berhenti berjualan.
Tak hanya itu, antrian jerigen para konsumen juga terlihat memenuhi salah satu toko menunggu kedatangan minyak goreng.
Salah seorang pedagang, Hj. Iin Ridwan menuturkan, kelangkaan minyak goreng curah maupun kemasan terjadi sejak hari Jumat lalu. Sampai sekarang belum ada pengiriman barang.
Sebagian pedagang juga tidak melayani penjualan minyak goreng sampai waktu yang tidak tentu karena tidak ada pengiriman barang.
“Dari kemarin Jumat (4/2/2022) sudah nggak ada. Ini juga banyak jerigen warga yang antri pada ditinggal di toko,” terang Iin kepada wartawan, Senin (07/02/2022).
Untuk memenuhi persediaan minyak goreng di Pasar Banjar, Iin sudah berupaya mencari stok minyak goreng sampai ke luar daerah, bahkan hingga Jakarta.
Namun, hampir semua daerah juga mengalami kelangkaan minyak goreng. Iin mengaku tidak tahu persis apa yang menjadi penyebab langkanya minyak goreng tersebut.
Dampak dari kelangkaan minyak goreng, lanjut Iin, sekarang ini banyak konsumen yang komplain dan mengeluh.
Baca Juga: KPPU Sebut Terbentuk Oligopolistik Minyak Goreng, Sebagian Besar Dikuasai Hanya 4 Produsen
“Banyak pembeli yang nanyain minyak kosong terus. Saya juga nggak tahu kenapa, tapi memang barangnya lagi nggak ada,” katanya.
Iin menyebutkan, terakhir ada penyaluran minyak goreng curah di Pasar Banjar pada hari Kamis lalu dengan harga penjualan Rp 14 ribu per kilogram.
Sampai saat ini para pedagang masih menunggu penyaluran stok minyak goreng agar penjualan bisa kembali berjalan normal.
“Biasanya saya habis dua drum minyak goreng curah isi 260 kilogram per hari. Tapi sekarang lagi nggak jual. Terakhir kemarin hari Kamis ada distribusi,” ungkap Iin.
Terpisah, salah seorang sales minyak goreng, Abah Yayan mengatakan, dari informasi yang ia terima, kemungkinan kelangkaan tersebut karena banyak pelaku usaha yang takut merugi.
Menurutnya, kebijakan pemerintah berupa memberikan subsidi secara tiba-tiba terasa memberatkan. Sehingga barang yang sudah ada sebelumnya harus mengikuti harga subsidi.
Berita Terkait
-
Puncak Kekecewaan Pedagang di Pasar Induk Tanah Tinggi, Jalanan Becek dan Dipenuhi Sayuran Busuk
-
Promo Superindo Hari Ini 6 Oktober 2025: Diskon Gila hingga 45% Awal Pekan!
-
Gubernur Bank Indonesia : 94 Persen Bank Syariah Main di Pasar Uang
-
Bukan Sekadar Bazaar, PNM Hadirkan Ruang Tumbuh dan Silaturahmi UMKM di PFL 2025
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Ratapan Ayah di Depan Puing-puing, Kisah Pilu Menanti Kabar Anak Tertimbun di Ponpes Al Khoziny
-
Rekomendasi Hotel di Mekkah untuk Perjalanan Umrah dan Haji
-
Siswa Bebas Pilih Menu, Ini Rahasia Dapur MBG Cinere
-
Heboh Bola Api di Langit Cirebon Bikin Merinding, Ini Penjelasan Menenangkan dari Astronom BRIN
-
Misteri Cahaya dan Dentuman di Cirebon: Polisi Selidiki, BRIN Sebut Meteor Besar Jatuh di Laut Jawa