Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 01 Maret 2022 | 19:50 WIB
ILUSTRASI - Pedagang merapikan telur untuk dijual di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (29/12/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJabar.id - Kepala Bidang Sosial Dinsos PMD Pangandaran Dewi Sundari mengatakan pihaknya telah mengetahui jika banyak Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan sembako tunai (BST) yang memilih berbelanja di grosir dan pasar tradisiona.

Menurutnya, mereka memilih belanja ke grosir karena harganya yang lebih murah, ketimbang ke E-Warong.

“Alasan KPM BST belanja ke grosir karena bisa bebas memilih belanjaan yang mereka butuhkan,” ujar Dewi, Selasa (1/3/2022).

Yang jelas, ia berpesan kepada penerima BST agar membelikan uang tersebut untuk barang yang sudah ditentukan. Jangan lupa juga meminta nota pembelian, beserta dengan stempelnya.

Baca Juga: Sektor Pertambangan Sumsel Merosot 67 Persen, Gegara Larangan Ekspor Batu Bara Awal 2022

“Barang yang harus dibeli itu harus memenuhi unsur karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin dan mineral,” katanya.

Pihaknya tidak pernah mengarahkan KPM BST, untuk berbelanja ke salah satu warung.

Adapun jumlah KPM BST dari 10 Kecamatan di Pangandaran sebanyak 15.104 KPM, tersebar di 93 Desa.

“Yang jadi kendala saat ini adalah pengawasan pembelanjaan uang yang diterima si KPM, karena personil kami terbatas,” ungkapnya.

Dewi pun mengimbau kepada seluruh pihak, agar tidak mengarahkan KPM untuk berbelanja ke salah satu warung.

Baca Juga: Daging Sapi Hilang dari Pasar Tambun Kabupaten Bekasi

“Mereka (KPM), bebas membelanjakan uang dimana saja asal sesuai ketentuan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, KPM BST di Pangandaran menerima uang Rp 600 ribu dari kantor Pos Indonesia, untuk program BST dari bulan Januari, Februari dan Maret.

Load More