Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Rabu, 25 Mei 2022 | 11:40 WIB
Rahmat Hidayat (28), Desainer Difabel Asal Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (Suara.com/Ferry Bangkit Rizki)

SuaraJabar.id - Rahmat Hidayat (28) memperlihatkan keahliannya dalam mendesain busana di sebuah acara Panti Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (PPSBR) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat Selasa (24/5/2022).

Kisah inspiratif tersebut datang dari pria asal Kampung Ciawitali, RT 02/06, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Bandung Barat. Dia terlihat teliti menggoreskan pensil pada selembar kertas putih di atas sebuah kursi roda yang setia menemaninya.

Ya, pria yang mengidolakan desainer Anne Avantie tersebut merupakan penyandang disabilitas. Namun Rahmat menolak merelakan masa depannya lenyap direnggut keterbatasan sejak lahir.

Anak dari Hasan dan Ati Susilawati itu tetap memiliki tekad besar untuk melawan keterbatasan fisik dengan keterampilannya dalam mendesain busana. Ia piawai dengan hanya bermodalkan kesukaannya terhadap dunia fesyen.

Baca Juga: Sinopsis Drama Action Ultimate Weapon Alice yang Dibintangi Song Geon Hee

Rahmat mengaku sejak kecil sudah memiliki minat dalam menggambar, meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas.

"Memang saya dari kecil udah suka menggambar," ucap Rahmat kepada Suara.com.

Berawal dari Drama Korea

Meski begitu, ketertarikan Rahmat pada dunia fesyen baru muncul tahun 2010 ketika dirinya menonton sebuah Drama Korea yang berjudul Fashion King. Drama Korea tersebut memang menceritakan seorang desainer berbakat, yang merintis karir dari bawah.

Anak pertama dari lima bersaudara itupun mulai terinspirasi dan terpikir mengembangkan keterampilan yang didapatnya secara otodidak untuk membuat desain busana. Pertama kali ia mendesain sebuah gaun sederhana.

Baca Juga: Fisik Tak Sempurna, Bapak-bapak Ini Tetap Gigih Kerja Angkat Piring di Kondangan, Tuai Decak Kagum Warganet

"Iya memang inspirasi yang mengarahkan saya pada desain busana setelah menonton Drama Korea King Fashion itu," tutur Rahmat.

Sadar akan ilmunya yang terbatas lantaran ketika itu tak mendapat pembelajaran formal maupun sekolah khusus desain, Rahmat mulai memanfaatkan media sosial untuk mencari referensi.

Pernah Dikunjungi Desainer Anne Avantie

Kepiawayannya dalam mendesain busana kian berkembang, sehingga mengundang desainer kondang sekelas Anne Avantie. Rahmat didatangi langsung idolanya itu pada tahun 2018 di kediamannya di pelosok Bandung Barat.

Ia mengaku sangat senang dan semakin termotivasi untuk menjadi seorang desainer, hal yang sangat diimpikan Rahmat ditengah keterbatasan fisik yang dialaminya. Rahmat meyakini tekadnya akan mengalahkan keterbatasan itu.

"Bunda Anne Avantie itu salah satu idola saya, jadi motivasi buat saya untuk terus berkarya," ujarnya.

Meskipun setelahnya tak bertemu lagi secara fisik, namun Rahmat mengaku masih tetap berhubungan melalui media sosial WhatsApps dengan Anne Avantie. Ia mendapat bimbingan secara tidak langsung dari desainer kondang tersebut.

"Masih suka chat sama bunda. Itu jelas jadi motivasi tambahan buat saya agar terus membuat desain yang bagus," ucap Rahmat.

Bertemu Presiden Joko Widodo Hingga Mendesain Busana untuk Penyanyi Dangdut Inul Daratista

Sejak saat itu nama Rahmat kian dikenal berkat kepiawaiannya dalam mendesain busana. Bahkan, ia sudah bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo saat acara Hari Disabilitas Internasional pada Desember 2018.

Jalan baginya untuk mewujudkan mimpi besarnya itu kian terbuka lebar sejak saat itu. Ia enggan berpuas diri, meskipun desain hasil katanya sudah digunakan untk membuat busana artis Inul Daratista hingga Soimah.

Dengan bantuan dari salah satu brand fesyen, Rahmat pun mengembangkan kemampuannya di salah satu sekolah khusus desain. Keninian selain menjual desain busana seharga Rp 120 ribu tanpa warna dan Rp 150 ribu jika berwarna, ia memiliki usaha kecil-kecilan di kampung halamannya.

Dibalik harapannya yang ingin menjadi desainer, Rahmat membuat keputusan yang patut diapresiasi. Ia kembali menjadi klien di Pusyansos milik Dinas Sosial Jawa Barat untuk membaikan pengalaman dan ilmunya kepada warga binaan.

"Kalau harapan terbesar saya tetap bisa bikin desain gaun pernikahan. Tapi sekarang saya membagikan pengalaman saya di sini dulu," tukas Rahmat.

Dinas Sosial Jawa Barat Beri Pendampingan

Kepala Dinas Sosial Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan
inovasi dan transformasi dalam mengubah paradigma panti. Banyak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti kaum difabel yang dibina oleh Dinsos di Pusyansos agar produktif.

"Tahun lalu kita adakan bazar UKM disabilitas se-Jabar, tahun ini melalui Pusyansos diharapkan bisa berkembang lagi. Sehingga paradigma panti, lambat laun bisa berubah," kata Dodo.

Menurutnya, berbagai kegiatan seperti membuka usaha barber shop, membatik, melukis, menjadi desainer edukasi, dan alih profesi lainnya, merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan. Sehingga binaan-binaan yang dirintis melalui program unggulan di Dinsos ke depan bisa berubah menjadi koperasi UKM.

Secara nilai ekonomis di UKM ini cukup menjanjikan, sebab untuk batik saja bisa menghasilkan sekitar Rp 750 sampai Rp 1 juta. Sehingga mereka sudah mulai memiliki kemampuan dari hasil usaha itu dengan mendapatkan penghasilan. Program ini pun diharapkan bisa menginspirasi yang lain untuk ikut terlibat.

"Kami juga mengembangkan di kabupaten/kota loka bina karya, disitu pusatnya aktivitas. Dari 45 kelompok yang ada itu, per satu kelompoknya rata-rata itu ada 7-10 orang, sehingga kedepan potensi ini akan dikolaborasi dengan dinas koperasi," tuturnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More