Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri | Restu Fadilah
Sabtu, 04 Juni 2022 | 16:30 WIB
Vania Santoso, pemilik heySTARTIC. (Dok: Bank BRI)

SuaraJabar.id - Berawal dari proyek sosial dan edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan, mendorong perempuan bernama Vania Santoso (31 tahun) untuk mengembangkan proyek tersebut menjadi proyek sosial yang berkelanjutan dan menghasilkan nilai ekonomi.

Tepatnya pada tahun 2018, berdirilah “heySTARTIC” yang merupakan sebuah usaha yang menawarkan berbagai fashion yang unik dan ramah lingkungan. Sebetulnya, usaha tersebut didirikan Vania dan sang kakak yaitu Agnes Santoso.

“Secara legalnya berdiri tahun 2018 tapi memang dari sebelumnya kita aktif edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan dan sifatnya lebih ke proyek sosial. Salah satu yang kita lihat itu bagaimana proyek sosial ini bisa berkelanjutan dari segi keuangannya, gak pusing perlu cari sponsor dan lomba terus untuk bisa dapat pendanaan mengenai misi sosial yang dijalankan,” kata Vania.

Di sisi lain dari segi lingkungan juga sudah marak bank sampah, dan aktivis-aktivis lingkungan. Namun, salah satu kendalanya dalam pengelolan bank sampah, adalah ketika barang-barang sudah dikreasikan ternyata kurang mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. Dari situlah Vania dan sang kakak mencari cara supaya orang tertarik dan bangga saat menggunakan produk olahan dari daur ulang sampah, salah satunya lewat produk olahan daur ulang yang dibuat secara fashionable.

Baca Juga: Jaringan Alfamidi dan Indomaret di Kota Ambon Dinilai Sudah Terlalu Banyak dan Merugikan UMKM Lokal

“Aku pernah mengalami ketika ikut konferensi kegiatan di luar negeri, itu produk-produknya diminati banget. Tapi pas pulang ke Indonesia kok ga ada yang mau beli. Jadi, dari situ akhirnya mulai eksperimen dan eksplorasi lagi bagaimana produk-produk hasil daur ulang bisa lebih fashionable dan tetap ramah lingkungan,” ujarnya.

Perempuan asal Surabaya ini mengungkapkan kesulitan yang dihadapi ketika membangun usaha heySTARTIC. Kendala seperti masih minimnya edukasi masyarakat terkait hasil produk daur ulang. Hal itulah yang menjadi tantangan baginya.

“Salah satu tantangannya edukasi, dalam artian untuk bisa meyakinkan hati konsumen meskipun ini hasil dari daur ulang tapi tetap kuat dan terlihat artistik. Karena memang tendensinya orang ketika beli tas KW aja yang penting ada mereknya,  itu tanyangannya,” ujarnya.

Produk dari heySTARTIC memiliki desain yang unik dan dibuat dari karya daur ulang oleh para pengrajin berpengalaman. Untuk produksi, ada pioneer yang berasal dari program pemberdayaan masyarakat yang menjadi supervisor di lapangan. Jumlah Pioneer ada 11 orang yang membawahi 2-3 pengrajin. Untuk sistem penggajian sendiri, Vania tidak menggaji pioneer per bulan melainkan upahnya sesuai pesanan dan bagi hasil dari penjualan.

Lebih lanjut, Vania mengatakan, selain dapat menambah variasi gaya, toko yang terletak di Jalan Jemursari 4 No. 5, Surabaya ini juga menawarkan beberapa varian produk yang terdiri dari tas, dompet, clutch, pouch, sandal dan kap lampu, alas meja, kursi, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Bersama BI, BRI Mendorong Perluasan Akses Pasar dan Digitalisasi bagi Pelaku UMKM

Tujuannya untuk mengenalkan kesadaran lingkungan dan gaya hidup ramah lingkungan, tapi menarik salah satunya lewat fashion. Itulah alasan Vania dan sang kakak membuat produk fashion yang sering digunakan masyarakat seperti tas, dompet, dan sebagainya.

Tak hanya itu, produk produk eksklusif dari heySTARTIC juga ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu dimulai dari harga Rp 50 ribu - 1,2 juta saja untuk setiap produknya.  Produknya juga tersedia di e-commerce Shopee dan Tokopedia, dan melalui media sosial seperti Instagram. Produk daur ulang heySTARTIC juga dijual secara offline di galeri-galeri toko oleh-oleh Surabaya.

“(Harganya) tergantung barangnya, kalau basic Rp 50.000 sampai Rp 200.000 an, dan kalau ada kombinasi dengan ornamen baru Rp 500 ribu ke atas, dan kalau ada kombinasi dengan kulit maka harganya bisa lebih tinggi lagi,” ucapnya.

Dari penjualan produk daur ulang tersebut, Vania bisa menghasilkan Rp 10 juta-Rp 15 juta per bulan. Produk yang banyak dipesan adalah clutch untuk bawa new normal kit. Sebetulnya, usaha milik Vania ini juga terdampak pandemi covid-19. Pasalnya, pada awal pandemi yakni tahun 2020 dan tahun 2021, masyarakat dihimbau untuk dirumah saja, sehingga produk fashionnya tidak relevan.

Namun hal tersebut tak mematahkan semangat Vania dan sang Kakak untuk terus berinovasi menghasilkan produk lain yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi pandemi, salah satunya membuat tas belanja dalam rangka menggantikan penggunaan plastik sekali pakai. Saat ini cukup banyak juga untuk bagi-bagi sembako donasi, gift, hampers, menggunakan kantong heySTARTIC.

Kolaborasi dengan BRI

Dalam perjalanannya, heySTARTIC juga pernah diajak kolaborasi oleh BRI melalui UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER. Tujuan kolaborasi tersebut untuk menghasilkan produk daur ulang yang two in one, artinya ada kombinasi antara bungkus kemasan digabungkan dengan bahan daur ulang kertas semen.

Vania sering mengikuti pelatihan dari BRI berupa webinar dan workshop, serta ikut program-program yang dicanangkan BRI.

“Sehingga banyak didukung pemasarannya, untuk bikin video profile dan dikirimkan tim khusus untuk liputannya. Pengaruhnya ikut pelatihan dan program BRI, dari segi penjualan sudah pasti. Kemudian nemu buyer-buyer baru dan juga nemu akses penjualan yang mudah lewat portal yang dibuat BRI,” ujarnya.

Di sisi lain, heySTARTIC ternyata sudah banyak memiliki prestasi. Misalnya tahun 2021 heySTARTIC terpilih menjadi under 30 kategori social entrepreneurship philanthropy, UKM Juara dan UKM Indonesia. Kemudian tahun 2020, ada program pemberdayaan perempuan “Women Empowerment Principle award” menjadi pemenang di Indonesia dan menjadi Runner up di Asia Pasifik.

Load More