SuaraJabar.id - Niskala Institute akhirnya merampungkan penelitian mereka tentang makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede dekat Tempat Pemakaman Umum atau TPU Dumuskadu di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
Menanggapi hasil penelitian itu, sejarawan Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan laporan penelitian setebal 54 halaman yang dipublikasikan pada 18 Juli 2022 tersebut secara umum sudah cukup baik, meski belum ada kesimpulan yang pasti.
Yang menarik bagi Ketua Yayasan Dapuran Kipahare ini adalah keberadaan nisan model kurawal yang biasanya mengacu pada nisan tipe Demak-Troloyo.
Namun, melihat waktu pembuatan dan ragamnya, Irman menyebut patut diduga nisan itu merupakan nisan model Hanyakrakusuman atau tipe Mataraman yang hadir sejak abad ke-18 hingga abad ke-20 dengan corak Islam.
Ini sesuai temuan Niskala Institute bahwa tahun-tahun yang tercantum dalam nisan dan jirat diketahui pembuatannya sekitar 1901 hinga 1950.
"Meskipun corak Islam, lengkung kurawal merupakan perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Islam. Model kurawal atau Sulur Makara sebenarnya mengadaptasi simbol makara yang meliuk di pintu/tangga candi," kata Irman yang sudah menulis beberapa buku, salah satunya "Soekaboemi the Untold Story", Senin (25/7/2022).
Dari pengelompokan huruf prasasti di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede yakni Arab, Arab Pegon, Cacarakan, dan Latin, Irman mengatakan bisa disiratkan di pemakaman tersebut disemayamkan jasad menak dan keluarganya. Abjad Pegon adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura, dan Sunda.
Secara umum, menak pada masa tersebut menganut falsafah gelar Mataraman yang berbunyi Ing Alogo Sayidin Panotogomo yaitu gelar Raja Mataram Islam pertama. Pengaruh awal Mataram di Priangan masih banyak digunakan hingga beberapa abad sesudahnya, terutama oleh para menak, karena gelar tersebut melengkapi jabatan yang diembannya yaitu sebagai pemimpin masyarakat dan juga pemimpin agama.
"Tentunya ilmu umum dan agamanya pun diharuskan seimbang dan kuat. Bisa kita ketahui banyaknya kalimat Islam seperti Laailaahailallah Muhammadarasulullah atau para sahabat Usman, Ali, dan Abu Bakar di pekuburan menyiratkan kentalnya pengaruh agama Islam," ujar Irman.
Baca Juga: Ketika Penginjak Al Quran Bertemu Habib yang Tersandung Kasus Narkotika di Dalam Jeruji Besi
Situs Pemakaman Kuno Dumusgede kemungkinan dikeramatkan. Mengingat, leluhur zaman dulu punya cara untuk melestarikan makam seorang tokoh masyarakat. Sebab itu kuburan juga disebut Karamatan, Maqoman, Astana, Pasarean, atau Jaratan. Ornamen Islam yang kental dengan doa, ayat, rasulullah, sahabat, dan lainnya menandakan penghormatan terhadap jasad leluhur. Meski raganya hancur bersatu dengan tanah, namun diyakini ruhnya masih hidup dan membersamai anak cucunya.
Irman mengatakan beberapa tulisan di batu nisan makam kuno tersebut memang kurang jelas untuk ditafsirkan. Misal, ada tulisan ISYU 1912 yang kurang lazim digunakan karena menggunakan huruf Y. Biasanya, sesuai ejaan Van Ophuijsen di masa tersebut ditulis sebagai J (meski bunyinya Y). Beberapa nama dan tahun menyiratkan nama seperti Nyai Sujiyad yang meninggal di bulan Safar tahun 1901.
Kemudian, ada nama Ali Matado yang menurut Irman dibaca Ali Murtadha yang artinya Ali yang diridhoi. Kemudian nama Rukmina yang meninggal tahun 1950 tertulis "titimangsa tilar dunya bani bin abi Rukmina".
Tulisan lain sepertinya penanda, misal tulisan Syimalan, artinya kiri dalam Bahasa arab. Karena dalam ajaran Islam, kuburan dianjurkan mengarah ke kiblat. Begitu juga peziarah diharapkan mengarah kiblat. Sehingga, di wilayah tatar Sunda dan Indonesia pada umumnya, para peziarah berada sebelah kiri kuburan.
"Yang menarik adalah ada tulisan Demang Tilar Dunya Ahad Waharsh Huwa Aa 1944 15. Demang biasanya identik dengan jabatan tinggi di suatu daerah yaitu sebagai kepala distrik atau disebut juga wedana," tutur Irman.
Tetapi, demang juga kadang ditujukan pada jabatan di bawahnya yaitu asisten wedana (camat sekarang) yang mengepalai onderdistrik atau setingkat kecamatan saat ini. Dalam laporan De Locomotief (koran zaman Hindia Belanda), Irman mengatakan ada tertulis jabatan Asisten Wedan Ciracap tanggal 5 September 1905 adalah Kanduruan Wiria Dihardja.
Berita Terkait
-
9 TPU di Jakarta Selatan Penuh, Sistem Makam Tumpang Jadi Solusi Utama
-
Jakarta Krisis Lahan Kuburan! Pramono Pertimbangkan Pemakaman Vertikal
-
Lahan Pemakaman di Jaksel Penuh, TPU Kebagusan Terapkan Sistem Tumpang: 3 Jenazah Ditumpuk
-
Sudah Full, 9 TPU di Jakarta Tak Lagi Terima Pemakaman Baru, Ini Lokasi-lokasinya!
-
Respons Cepat Dedi Mulyadi Atas Protes Viral Rieke Diah Pitaloka Soal Jalan Hancur di Cikidang
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- 3 Rekomendasi Mobil Keluarga 9 Seater: Kabin Lega, Irit BBM, Harga Mulai Rp63 Juta
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
15.600 Ponpes Jabar Terancam? Iwan Suryawan Desak Dana Hibah 2026 Khusus Penyelamat Bangunan
-
Jawa Barat Zona Merah Keracunan MBG Tertinggi Nasional: Ribuan Anak Jadi Korban!
-
Ini Pejabat Hampir Dipecat Dedi Mulyadi Karena Kasus Data APBD
-
Fakta Iklan Air Pegunungan: Aqua Diduga Pakai Sumur Bor, BPKN Bakal Panggil Direksi
-
Fakta Mengejutkan di Balik Air Aqua: BPKN Siap Bongkar Sumber Aslinya!