Andi Ahmad S
Selasa, 09 Desember 2025 | 20:32 WIB
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan keterangan. [ANTARA/Ricky Prayoga]
Baca 10 detik

Pemprov Jabar menata ulang tata ruang dataran tinggi rawan longsor dengan mengganti pertanian sayuran berlereng menjadi tanaman keras seperti jengkol dan durian untuk konservasi.

Kebijakan alih fungsi lahan ini menerapkan win-win solution dengan merekrut para petani sayur terdampak menjadi tenaga pemerintah untuk merawat tanaman konservasi.

Langkah ini bertujuan mengatasi kerentanan bencana, mengembalikan daya ikat tanah, dan memastikan keselamatan wilayah hilir seperti Bandung Raya yang bergantung pada konservasi hulu.

SuaraJabar.id - Bencana tanah longsor yang kerap menghantui wilayah dataran tinggi Jawa Barat menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah untuk menata ulang kebijakan tata ruangnya.

Merespons risiko ekologis yang kian mengkhawatirkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat di bawah komando Gubernur Dedi Mulyadi mengambil langkah berani dan solutif.

Rencananya, Pemprov Jabar akan mengubah wajah lahan pertanian berlereng yang selama ini ditanami sayuran semusim, menjadi kawasan hijau yang dipenuhi tanaman keras.

Kebijakan ini bukan tanpa alasan. Dedi menilai bahwa praktik pertanian sayur di kemiringan ekstrem telah menggerus daya ikat tanah, sehingga memicu kerentanan bencana saat musim hujan tiba.

"Kita mengevaluasi perkebunan sayur yang menggunakan tanah berlereng sehingga berisiko menimbulkan longsor. Dari situ nanti akan segera diubah menjadi tanaman keras," ujarnya, Selasa (9/12/2025).

Gubernur yang akrab disapa Kang Dedi ini memastikan bahwa petani tidak akan ditinggalkan. Justru, status mereka akan dinaikkan.

Para petani yang terdampak kebijakan ini akan direkrut secara resmi menjadi tenaga pemerintah. Tugas mereka beralih dari menanam sayur yang merusak tanah, menjadi garda terdepan penjaga alam.

"Tetapi agar para petani tidak rugi, mereka akan direkrut menjadi tenaga pemerintah yang ditugaskan untuk melakukan penanaman dan merawat tanaman yang memiliki fungsi bagi ketahanan lingkungan," tambahnya.

Menariknya, jenis tanaman keras yang dipilih bukan sekadar pohon kayu biasa. Pemprov Jabar membidik tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi namun berakar kuat. Komoditas seperti jengkol, kina, hingga durian menjadi pilihan utama.

Baca Juga: Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Otista Bandung, Ada Luka Tusuk

Tanaman-tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai paku bumi alami yang menahan tanah dari erosi, tetapi buahnya kelak dapat dinikmati oleh masyarakat.

Rencana ini akan dieksekusi di wilayah-wilayah dataran tinggi yang menjadi zona merah rawan longsor, meliputi Bogor, Cianjur, Kabupaten Bandung, Garut, Kota Bandung, dan Bandung Barat.

Dalam kesempatan tersebut, Dedi juga memberikan kuliah singkat mengenai interkoneksi lingkungan. Ia menekankan bahwa keselamatan wilayah perkotaan seperti Bandung Raya sangat bergantung pada kondisi di wilayah hulu atau pegunungan. Jika hulu rusak, maka hilir akan menanggung akibatnya berupa banjir dan sedimentasi. [Antara].

Load More