"Apakah tulisan yang dibaca Tim Niskala Institute sebagai Waharsh Huwa itu sebenarnya kurang jelas dan semestinya terbaca Wiradiharja? Mengingat ada nisan lain yang tertulis Wuur 1912 apakah itu maksdunya Wira? Karena nama orang tua kadang tersemat juga pada nama anaknya. Ini sangat menarik untuk digali oleh para filolog," ucap Irman.
Hal menarik lainnya adalah tertulis Pekuburan dari tiga layal bulannya Rajab tanggal 21 1909. Irman mempertanyakan apakah ada kemungkinan semestinya terbaca Pekuburan dari tiga layon (jasad)? Sebab, di beberapa kuburan lumrah ada yang disatukan. Ini menarik karena ada beberapa nisan tanpa nama prasasti. Biasanya, penanda nisan batu tanpa nama digunakan menak zaman dulu sebelum mengenal nisan bertulis.
Para menak zaman dulu cukup meletakkan batu hitam sebagai penanda supaya kuburan tidak ditumpuk jika ada yang hendak dikuburkan. Mungkin sesudah dikenal nisan bertulis, mereka akhirnya menuliskan mengenai tiga jasad yang berada di kuburan karena tidak mengenal namanya. "Namun harus ada kajian lebih lanjut," ujar Irman.
Ciracap Era Kononial
Baca Juga: Ketika Penginjak Al Quran Bertemu Habib yang Tersandung Kasus Narkotika di Dalam Jeruji Besi
Secara umum, wilayah Ciracap, Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu tempat yang dieksploitasi pemerintah kolonial, terutama dari hasil perkebunan, di antaranya kopi.
Pada 1897, kepala gudang kopi yang cukup terkenal di Ciracap adalah Mas Soemawidjaja. Ciracap juga merupakan wilayah yang direncanakan dibangun fasilitas pada masanya seperti penggilingan padi bertenaga listrik yang digagas Charles Edgar du Perron (sastrawan dan penulis Hindia Belanda) pada 1904, dengan memanfaatkan air terjun Cimarinjung.
Bahkan jalan kereta api akan dibangun dari Bandung ke Ciracap hingga Balekambang. Ciracap juga dikenal sebagai penghasil batik tulis Sunda yang berbeda dengan batik modern Jawa yang dicelup. Wilayah ini pun terkenal dengan produksi selimut. Pada 1910, ada perempuan bernama Ma Habdah yang konsisten membuat selimut yang dijual 0,575 gulden.
Irman menyebut Ciracap unik karena punya dialek tersendiri dalam bahasa sunda hingga dibukukan oleh Atmadikarta dalam judul "Dialèk Onderdistrict Tjiratjap district Djampangkoelon". Dialek Ciracap inilah yang diangap menyelamatkan bahasa Sunda saat itu sehingga tidak perlu meminjam kosakata Jawa dalam mengidentifikasi sesuatu hal baru.
"Namun ironisnya sekitar 1930, sempat terjadi kelaparan di Ciracap karena kekeringan yang cukup lama. Perampokan juga merajalela menggarong rumah-rumah warga. Ini sempat menjadi perhatian bupati Sukabumi dan jajaran pemerintah kolonial pada masa itu," kata Irman.
Baca Juga: Dua Mojang Kota Paris Jualan Es Cendol
Sementara pasca merdeka, wilayah Ciracap juga diganggu oleh pasukan Brigade Citarum/Bambu Runcing yang sering membakar rumah warga termasuk di Kampung Tangkolo lokasi pekuburan sekarang. Bahkan pada 1952 di kampung Cipancur sempat diserang 25 orang Brigade Citarum yang membakar rumah warga dan masjid.
Penelitian Niskala Institute
Niskala Institute adalah pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, dan peradaban nusantara yang berpusat di Bandung. Hasil penelitian yang disajikan tersebut merupakan tindak lanjut dari penemuan 11 makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede, yang telah diidentifikasi Niskala Institute saat penelitian awal mereka pada Rabu, 6 Juli 2022.
Laporan penelitian berjudul "Potensi Tinggalan Arkeologis di Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi" ini disusun lima peneliti: Muhamad Alnoza (ketua tim), Bagus Dimas Bramantio, Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, Isa Akbarulhuda, dan Nikolas Dalle Bimo Natawiria. Alnoza adalah mahasiswa S2 Antropologi Universitas Gadjah Mada atau UGM. Sementara empat peneliti lainnya merupakan lulusan Arkeologi Universitas Indonesia atau UI.
Kesimpulan Penelitian
Kesimpulan dalam laporan penelitian ini menyebutkan, berbagai temuan yang dijumpai oleh tim peneliti, pada dasarnya mengindikasikan bahwa Desa Purwasedar paling tidak telah menjadi lokasi kegiatan masyarakat masa kolonial. Rentang waktu yang dimaksud dalam hal ini sepanjang abad ke-19 hingga dengan periode paruh awal abad ke-20 Masehi.
Berita Terkait
-
Sidang Ditemani Ibu, Agus Difabel Divonis 10 Tahun Penjara Dan Denda Rp 100 Juta
-
Driver Ojol di Mataram Tahu Ada Demo, Ogah Ikut Tapi Orderan Malah Sepi
-
Sidang Pledoi Menjelang Vonis, Agus Difabel Nangis Sampai Muntah
-
Teror Pembakaran Rumah di Sukabumi Terungkap, Pelaku Anak 9 Tahun Terinspirasi Film
-
Di Usia 57 Tahun, Honorer Ini Akhirnya Jadi PPPK! Kisahnya Bikin Haru
Terpopuler
- Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
- 6 Rekomendasi City Car Bekas Mulai Rp29 Jutaan: Murah dan Irit Bensin
- 9 Rekomendasi HP Murah Rp 1,5 Jutaan di Juni 2025, Duet RAM 8 GB dan Memori 256 GB
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Persaingan Sengit Udinese vs Bologna Rekrut Jay Idzes: Bianconeri Siapkan Rp469 M
-
Penyerang Naturalisasi Timnas Indonesia Akhirnya ke Liga 1! Siap Bantu Tim Bersaing
-
Juara Liga Champions Minat Rekrut Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp243 M
-
4 Rekomendasi HP Murah Xiaomi dengan Layar AMOLED, Terbaik Juni 2025
-
Dikeroyok Negara Teluk, Timnas Indonesia Diprediksi Bisa Lolos dari Ronde Keempat
Terkini
-
Harga Mulai 3 Jutaan, iQOO Z10 Tawarkan Spek Premium dengan Desain Stylish
-
Perjalanan Haji Terakhir Apang, Warga Garut Itu Berpulang di Tanah Suci
-
Susah Dapat Kerja? Platform Digital Inovatif Ini Siap Bantu Warga Jabar
-
Terkuak! Dokter Terduga Pemerkosa Pasien Punya Fantasi Seksual Menyimpang
-
Sidang Korupsi Hibah NPCI Jabar: Hasil Audit Perkara Kevin Fabiano Dinilai Cacat Hukum