SuaraJabar.id - Perjuangan Rakyat Indonesia untuk mendapatkan merebut kedaulatan tak berhenti sampai Ir Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Baru sebulan dari hari lahirnya Bangsa Indonesia, Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) dengan bantuan tentara sekutu sudah kembali mendarat di Jakarta. Tuuannya jelas, ingin kembali merebut kedaulatan dari tangan Rakyat Indonesia.
NICA dan sekutunya yakni Tentara Inggris kemudian melebur menjadi Allied Military Administration-Civil Affairs Branch atau AMACAB. Perubahan nama ini diduga untuk mengelabui Bangsa Indonesia mengingat NICA masih menggunakan nama Nederlandsch Indische atau Hindia Belanda.
Apa pun bentuknya, Rakyat Indonesia saat itu telah mengetahui perubahan nama itu hanyalah akal-akalan kaum imperialis.
Salah satu bentuk perlawanan Rakyat Indonesia saat itu adalah peristiwa Bandung Lautan Api. Peristiwa Bandung Lautan Api tidak hanya terjadi di wilayah Kota Bandung. Pada 23 Maret 1946 silam, rakyat Indonesia di Kota Cimahi juga terlibat dalam aksi membumihanguskan kotanya sendiri.
Di hari itu, rakyat Kota Cimahi melakukan pembakaran rumah dan bangunan di kawasan Tagog, Cibabat hingga Cimindi. Selain rumah yang berada di pinggir jalan, rakyat bersama para pejuang juga membakar toko-toko.
"Ketika Bandung dibumihanguskan, Cimahi juga menjadi bagian dari aksi lautan api itu. Toko-toko di jejeran Tagog tutut dibakar," ungkap pegiat sejarah, Machmud Mubarok kepada Suara.com beberapa waktu lalu.
Aksi pembakaran oleh rakyat dan tentara itu sebagai taktik agar bangunan itu tidak dijadikan markas pasukan imperialis yang ingin kebali menjajah Indonesia.
Sehari setelah peristiwa Bandung Lautan Api, terjadilah pertemuran 4 hari 4 malam di Cimahi.
Baca Juga: Bangga Rayakan HUT RI Ke-77, Amanda Manopo: Saya Terkenal karena Tinggal di Indonesia
Pertempuran itu terjadi di sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto, yang memang dulunya dijadikan tangsi Belanda.
Dari tanggal 24-28 Maret, para pejuang Cimahi seperti Daeng Ardiwinata, Detasemen Abdul Hamid, Polisi Tentara FE Thanos, Hijbullah Haji Hadi, hingga Fisabilillah Babakan Santri KH Usman Dhomiri menyerang kamp Sekutu dan Belanda dari berbagai penjuru.
Kekuatan tambahan saat itu datang dari Detasemen Lasiman di Batujajar, Kompi Arifin dan Somantri dari Yon Hutagalung. Senjata yang digunakan saat itu di antaranya senjata rampasan dari Jepang dan molotov untuk membakar bangunan.
"Lalu ditembakan pula mortir kecil Tekidanto yang dioperasikan orang Jepang, yang bergabung ke kubu para pejuang," terang Machmud.
Namun serangan itu tak membuahkan hasil. Sekutu dan Belanda tidak hancur akibat serangan para pejuang di Cimahi.
Malah, kemudian mereka melancarkan serangan balik dengan menembakan meriam ke segala arah. Termasuk perkampungan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
Terkini
-
BP Taskin dan IPB Kebut Integrasi Data Desa Presisi Demi Hapus Kemiskinan Ekstrem
-
Belajar dari Tragedi Sumatera, Jamil Azzaini Bangun Masjid Eco Wakaf untuk 'Tangkis' Krisis Ekologis
-
Satukan Langkah untuk Sumatra, Komitmen BRI Group Dukung Pemulihan Infrastruktur
-
Puluhan Aksi Tanggap Darurat, Bantuan BRI Jangkau 70 Ribu Lebih Warga Terdampak
-
Transformasi Mengejutkan LIMA di Usia 20 Tahun, Apa Itu Filosofi Lima Jari?