SuaraJabar.id - Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat melakukan pemantauan harga mie instan e sejumlah toko grosir yang ada di pasar tradisional di wilayah mereka.
Hal tersebut dilakukan terkait santernya wacana kenaikan harga mie instan hingga tiga kali lipat.
Dari hasil pemantauan, DKUKMP Ciamis sampai saat ini tidak menemukan adanya kenaikan harga tersebut.
“Untuk saat ini harga mie instan di toko grosir yang ada di pasar-pasar di wilayah Kabupaten Ciamis terbilang normal. Belum ada tanda-tanda kenaikan. Harga satuannya 2.275 rupiah,” kata Kepala DKUKMP Ciamis, Asep Khalid, Kamis (18/08/2022).
Ia juga mengatakan bahwa pihak setiap minggu terus melakukan pemantauan, sekaligus mengecek harga-harga yang ada di Pasar Manis Ciamis, Pasar Kawali, Sindangkasih, dan Pasar Banjarsari. Rata-rata harga satuannya berkisar antara Rp 2.275 hingga harga tertinggi Rp 3.000. sedangkan harga terendahnya Rp 1.800.
Untuk kebutuhan mie instan di Kabupaten Ciamis dengan jumlah penduduk 1.262.188 jiwa, terhitung per harinya 1.800 pcs. Ketersediaan mie instan pun saat ini terbilang cukup aman.
“Pentingnya pemantauan dan cek harga komoditi, terlebih adanya informasi bahwa harga mie instan akan naik sampai tiga kali lipat. Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahuinya,” jelas Asep Khalid.
Kepala Bidang Perdagangan DKUKMP Ciamis, Asep Sulaeman menambahkan, selain mie instan, pihaknya juga melakukan pemantauan harga dan ketersediaan bahan pokok lainnya.
Namun, untuk harga grosir mie instan masih terbilang aman. Seperti harga satu dus isi 40 pcs indomie goreng harganya Rp 100.000 hingga Rp 106.800. Tergantung stok barang yang ada di grosir maupun toko lainnya.
Baca Juga: Karena Mi Instan, Wanita Ini Babak Belur Dihajar Pacarnya
“Kalau harga grosir per dus dan satuan harganya masih terbilang normal. Tetapi di warung-warung ada yang menjual mie instan 3.000 rupiah hingga 3.500 rupiah. Itu juga tidak semuanya jual dengan harga tersebut,” terangnya.
Menurut Asep Sulaeman, karena pihaknya melakukan pemantauan dan cek harga hanya ke grosir. Maka untuk harga eceran di tiap warung tidak terpantau. Tentunya ada saja pemilik warung yang menaikan harga untuk mendapatkan untung.
“Kami berharap informasi terkait harga mie instan naik sampai tiga kali lipat itu tidak terjadi. Sehingga, mi yang merupakan kebutuhan masyarakat harganya masih bisa terjangkau,” ujarnya.
Namun demikian, imbuh Asep Sulaeman, untuk mengetahui adanya kenaikan dan penurunan harga bahan pokok, pihaknya setiap minggu melakukan cek harga-harga ke pasar tradisional yang ada di Kabupaten Ciamis.
Berita Terkait
-
Bahas Aset Negara, Dedi Mulyadi Sambangi KPK
-
KDM Tegaskan Alih Fungsi Lahan Jadi Dalang Banjir di Bandung
-
Dedi Mulyadi Datang ke KPK: Ada Apa dengan Sungai dan Hutan Jabar?
-
Pantai-Pantai Menawan di Selatan Jawa Barat, Surga Tersembunyi yang Wajib Dijelajahi
-
Banjir Rendam Kabupaten Bandung, 14 Kecamatan Terdampak
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
Terkini
-
Rencana Dedi Mulyadi Ganti Konsultan Pengawas dengan Mahasiswa Tuai Kecaman Keras
-
Mitra MBG Disentil Keras, Diwajibkan Sumbang 30 Persen Laba untuk Sekolah
-
Minggir Dulu Lembang! Ini 4 Surga Wisata Alam Kabupaten Bandung Selatan untuk Healing Akhir Tahun
-
AgenBRILink Permudah Akses Layanan Perbankan bagi Masyarakat di Perbatasan
-
Sindiran Menohok Dedi Mulyadi Pasca Banjir Bandang: Belanda Tinggalkan Gedung Kokoh, Kita Apa?