SuaraJabar.id - Perubahan iklim menyebabkan produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon terganggu, bahkan dalam tiga tahun produksi tidak lebih dari 2.000 ton per tahun.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan dan Tangkap Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon Moh. Jamaludin mengatakan, produksi garam rakyat terganggu oleh kondisi alam yang tidak menentu.
"Produksi garam terganggu, karena kondisi alam tidak menentu. Dan pada tahun ini menurut BMKG terjadi kemarau basah serta banjir rob," ujar Jamaludin, Selasa (30/8/2022).
Menurutnya produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon ketika kondisi normal bisa mencapai 136 ribu ton, dan itu terjadi pada tahun 2019 lalu.
Baca Juga: Makan Malam Mewah, Benda di Depan Aura Kasih Disorot: Cantik-Cantik Rokoknya Garang Euy!
Namun, dalam tiga tahun ini kata Jamal, kondisi iklim berubah drastis, seperti banjir rob, dan kemarau basah, sehingga mengganggu produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon.
Jamal menambahkan luas lahan produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon sebanyak 1.557 hektare dari potensi lahan yang ada 3.140 hektare.
"Pada tahun 2019 lalu kondisi kemaraunya normal, produksi garam mencapai 136.686,78 ton. Tetapi di 2020 sampai sekarang mengalami penurunan yang sangat signifikan," ujarnya.
Menurut Jamal pada tahun 2020 produksi garam di Kabupaten Cirebon hanya 2.663,78 ton. Kemudian di 2021 kembali mengalami penurunan, karena hanya menghasilkan 1.203,5 ton saja.
Begitu juga pada tahun 2022 ini, yang biasanya di bulan Agustus tengah panen raya garam, tetapi sekarang belum banyak yang panen.
Baca Juga: Prank Teman Minta Icip Sendok Isi Kuah dan Garam, Reaksi Aneh Pria Ini Bikin Publik Ngakak
Pada musim kemarau 2022 ini, DKPP pun sudah sering turun ke lapangan, untuk mendata jumlah produksi garam rakyat di beberapa kecamatan. Namun masih dalam proses kombinasi berapa jumlah produksi garam di tahun ini yang seharusnya sudah panen raya garam.
"Kemungkinan produksi turun lagi. Sebab banyak lahan yang terendam rob, juga cuacanya tidak menentu, karena masuk kategori kemarau basah," katanya. [Antara]
Berita Terkait
-
Mangrove Tak Goyah: Tangguh Menahan Badai, Tahan Jejak Karbon
-
Dari Surya hingga Panas Bumi: Menggali Potensi Energi Bersih 3.600 GW di Indonesia
-
Pesisir Utara Demak Diprediksi Tenggelam 2030 Akibat Krisis Iklim
-
Perubahan Iklim Ancam Spesies Burung: Tak Semua Bisa Terbang Migrasi Selamatkan Diri
-
Padahal Produsernya, Tenxi Mulai Enek sama Lagu Garam dan Madu
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
Pilihan
-
Timnas Indonesia Cuma Jadi Samsak Uji Coba, Niat Jepang Hanya Ekspermien Taktik dan Pemain
-
Daftar 10 Merek Mobil Buatan Pabrik Indonesia Terlaris di Luar Negeri, Toyota Masih Juara?
-
Partainya Lebih Dipilih Jokowi, DPW PSI Jateng: Kader Berbunga-bunga
-
3 Rekomendasi HP Murah Memori 512 GB dengan Performa Handal, Terbaik Juni 2025
-
MIMPI di Belantara Jambi: Mahasiswa Ubah Harapan Masyarakat Suku Anak Dalam
Terkini
-
Sidang Korupsi Hibah NPCI Jabar: Hasil Audit Perkara Kevin Fabiano Dinilai Cacat Hukum
-
Terdapat 5 Link DANA Kaget Khusus untuk Warga Jabar, Klaim Sekarang Auto Cuan
-
Siap-siap! Lalu Lintas Tol Jabodetabek Meningkat Drastis
-
Indonesia Punya Harapan Baru Atasi Sampah, Ini Alasannya
-
Ridwan Kamil Segera Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Bank BJB