Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 30 Agustus 2022 | 18:05 WIB
Petani garam saat akan memanen garam di Cirebon, Jawa Barat. [ANTARA/Khaerul Izan]

SuaraJabar.id - Perubahan iklim menyebabkan produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon terganggu, bahkan dalam tiga tahun produksi tidak lebih dari 2.000 ton per tahun.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan dan Tangkap Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon Moh. Jamaludin mengatakan, produksi garam rakyat terganggu oleh kondisi alam yang tidak menentu.

"Produksi garam terganggu, karena kondisi alam tidak menentu. Dan pada tahun ini menurut BMKG terjadi kemarau basah serta banjir rob," ujar Jamaludin, Selasa (30/8/2022).

Menurutnya produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon ketika kondisi normal bisa mencapai 136 ribu ton, dan itu terjadi pada tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Makan Malam Mewah, Benda di Depan Aura Kasih Disorot: Cantik-Cantik Rokoknya Garang Euy!

Namun, dalam tiga tahun ini kata Jamal, kondisi iklim berubah drastis, seperti banjir rob, dan kemarau basah, sehingga mengganggu produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon.

Jamal menambahkan luas lahan produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon sebanyak 1.557 hektare dari potensi lahan yang ada 3.140 hektare.

"Pada tahun 2019 lalu kondisi kemaraunya normal, produksi garam mencapai 136.686,78 ton. Tetapi di 2020 sampai sekarang mengalami penurunan yang sangat signifikan," ujarnya.

Menurut Jamal pada tahun 2020 produksi garam di Kabupaten Cirebon hanya 2.663,78 ton. Kemudian di 2021 kembali mengalami penurunan, karena hanya menghasilkan 1.203,5 ton saja.

Begitu juga pada tahun 2022 ini, yang biasanya di bulan Agustus tengah panen raya garam, tetapi sekarang belum banyak yang panen.

Baca Juga: Prank Teman Minta Icip Sendok Isi Kuah dan Garam, Reaksi Aneh Pria Ini Bikin Publik Ngakak

Pada musim kemarau 2022 ini, DKPP pun sudah sering turun ke lapangan, untuk mendata jumlah produksi garam rakyat di beberapa kecamatan. Namun masih dalam proses kombinasi berapa jumlah produksi garam di tahun ini yang seharusnya sudah panen raya garam.

"Kemungkinan produksi turun lagi. Sebab banyak lahan yang terendam rob, juga cuacanya tidak menentu, karena masuk kategori kemarau basah," katanya. [Antara]

Load More