Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 31 Oktober 2022 | 08:10 WIB
Aksi yang dilakukan Warga Jaringan Tanpa Asap Batu Bara (Jatayu) Indramayu, di lahan milik salah satu warga di sekitar area PLTU 1 Indramayu (Suara.com / Danan Arya).

Tiap harinya Desa Mekarsari sebelum kehadiran PLTU 1 selalu bisa memanen ratusan kepala muda hingga tua.

Daun kelapa kata Rodi juga bisa menambah penghasil warga. Daun kelapa bisa diperjualbelikan kepada nelayan untuk dijadikan rumpon.

Rumpon merupakan salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal ataupun laut dalam.

Rodi masih mengingat betul kenangan indah di masa lalu sebelum beton-beton PLTU 1 Indramayu itu berdiri pongah seperti sekarang.

Baca Juga: Kolaborasi Berikan Bantuan Kepada UMKM Eks Pekerja Konstruksi PLTU Batang

Dulu kenang Rodi, pohon kelapa di tiap desa selalu menyediakan buah yang segar. Tua muda kata Rodi di zaman dulu bisa merasakan kesegaran air kelapa dan dagingnya yang lembut.

Saat para tamu dan handai tolan dari luar Indramayu berkunjung pasti kata Rodi diberikan oleh-oleh buah kelapa.

Kekinian warga Desa Mekarsari harus menelan pil pahit, dua tahun setelah berdirinya PLTU 1 Indramayu, warga harus meratapi bahwa salah satu mata pencarian mereka, pohon kelapa terancam punah. Pohon kelapa kini di Desa Mekarsari tak bisa lagi berbuah. Daunnya kering bahkan layu.

Kondisi lahan persawahan milik warga yang berlokasi tak jauh dari PLTU 1 Indramayu (Suara.com/Danan Arya)

"Kalau bicara tentang dampak pertama yang di alami masyarakat itu adalah pada mulai beroperasi dua tahun,baru merasakan dampaknya," keluh Rodi.

Warga desa Mekarsari meyakini bahwa salah satu penyebab pohon kelapa di tempat mereka kini mati disebabkan kepulan asap batu bara yang membawa serpihan bekas pembakaran dari PLTU 1 Indramayu.

Baca Juga: Menko Airlangga Klaim Indonesia Berhenti Gunakan PLTU Batu Bara Pada 2027

Material asap pembakaran batu bara tertiup angin dan hingga di dedaunan pohon kelapa.

Load More