Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 26 November 2022 | 11:50 WIB
Seorang anak penyintas gempa Cianjur mengaji Alquran di tenda pengungsian di Kampung Banjar Pinang, Desa Cijendil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022). [ANTARA/Laily Rahmawaty]

SuaraJabar.id - Mengisi hari-hari di pengungsian, sejumlah anak penyintas gempa Cianjur di Kampung Banjar Pinang, Desa Cijendil, Kabupaten Cianjur belajar baca Al-Qur'an.

Selain untuk mengisi waktu, proses belajar Al-Qur'an ini juga ditujukan untuk untuk pemulihan trauma (trauma healing) untuk anak-anak penyintas gempa Cianjur.

Dari pantauan pada Sabtu (26/11/2022), seorang guru mengajarkan anak-anak perempuan membaca Alquran, mengkoreksi bacaannya hingga benar secara tartil.

Raysha Salsabila Swara (11), siswa kelas lima SDN Cijedil mendapat giliran membawa Alquran surah Al Isra' dipandu oleh guru ngaji Siti Hafsoh.

Menurut Siti Hafsoh, belajar merupakan hak anak-anak, meski situasi tengah bencana, hak tersebut harus tetap diberikan agar anak-anak bisa mengisi waktu selama di pengungsian dengan kegiatan positif.

"Kewajiban bagi orang tua agar anak-anak belajar, hak anak. Meski di pengungsian diisi dengan kegiatan positif," kata Siti.

Di posko pengungsian yang didirikan Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri itu ditempati sekitar 200 pengungsi, terdiri dari anak-anak, lansia dan orang dewasa.

Mereka sudah mengungsi sejak Senin (21/11) malam, selain di tenda, ada juga yang memilih mengungsi di dalam mobil minibus yang terparkir di dekat tenda.

Kondisi di wilayah tersebut banyak rumah warga yang hancur dan tidak bisa ditempati, termasuk satu unit Masjid Umar Bin Khatab dan Madrasyah Diniyah.

Anak-anak yang mengungsi di posko tersebut merupakan murid dari Madrasyah Diniyah Umar Bin Khatab pimpinan Ustadz Usman Sumilar.

Karena madrasyah juga ikut rusak, tidak dapat digunakan sehingga pendidikan belajar Alquran dan agama Islam terhenti.

Siti Hafsoh yang juga salah satu pengajar, mengalihkan pembelajaran Alquran di tenda-tenda.

Kegiatan belajar Alquran dilakukan di siang hari karena malam hari belum ada penerangan.

"Kan malam hari enggak ada listrik di sini, jadi belajar ngajinya siang, kegiatannya antara satu sampai dua jam," katanya.

Baca Juga: 5 Hari Tak Diganti Dalaman, Kang Dedi Mulyadi Beri Bantuan Pakaian Dalam Untuk Ibu-Ibu

Siti menyebut, tidak ada paksaan bagi anak-anak untuk belajar, semauanya dan sekeinginannya, sehingga kegiatan belajar mengaji tersebut jadi tidak membebankan anak-anak.

"Kadang empat anak, kadang lebih. Semaunya mereka aja," kata Siti.

Raysha Salsabila Swara (11) mengaku senang belajar mengaji. Ia pun rindu bisa sekolah lagi tapi SDN Cijedil tepatnya belajar rusak tidak bisa digunakan.

"Sekolahnya enggak bisa kan rubuh sekolahnya," kata Raysha yang mengungsi bersama orang tua dan adik-adiknya.

Hingga hari ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa akibat gempa Cianjur mencapai 310 jiwa.

Gempa juga mengakibatkan kerusakan 363 sekolah, 144 rumah ibadah, tiga fasilitas kesehatan, dan 16 perkantoran.

Terdapat 1.120 kepala keluarga mengungsi yang terdiri atas 58.362 jiwa. [Antara]

Load More