SuaraJabar.id - Papajar, tradisi rekreasi dan makan bersama menjelang Ramadan, semakin populer di Sukabumi dan sekitarnya. Tradisi ini berakar dari istilah mapag pajar (menjemput fajar Ramadan) dan mirip dengan munggahan, meski ada perbedaan spesifik.
"Tradisi ini terus berkembang, tak hanya berkumpul di masjid, namun ada pula yang ke kuburan berziarah ke makam keluarga maupun ke tempat tertentu untuk bersantai dan makan bersama keluarga," kata pengamat sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah.
Secara teknis, saat papajar, keluarga membawa makanan ke tempat rekreasi seperti pantai Palabuhanratu dan makan bersama.
Tradisi ini tidak hanya berkembang di Sukabumi, tetapi juga di Cianjur, Padalarang, dan Purwakarta, karena pengaruh kuat Cianjur pada masa VOC.
Sehingga tak mengherankan jika sebagian wilayah Batulayang (selatan Bandung dan perbatasan Garut) hingga Utara Cibalagung dan Cikalong (sebagian wilayah Purwakarta sekarang) terpengaruh oleh tradisi papajar ini.
"Pada 1724 di masa kekuasaan Wiratanudatar III, wilayah Cianjur cukup luas, karena selain wilayah Sukabumi menjadi bagian dari wilayah Cianjur, sebagian wilayah kampung baru (Bogor) dan basisir kidul juga masuk ke dalam kekuasaan Cianjur," kata Irman dilansir sukabumiupdate.com, jaringan suara.com, Rabu (26/2/2025).
Awalnya, tradisi ini dilakukan di masjid sambil menunggu pengumuman waktu Ramadan, kemudian berkembang menjadi ziarah kubur dan rekreasi.
Durasi papajar pun berubah, dari sehari sebelum Ramadan menjadi seminggu sebelumnya, menyesuaikan dengan waktu libur masyarakat.
"Tradisi ini muncul kembali secara ramai pada 1980-an dan terus dilakukan hingga sekarang. Palabuhanratu tidak hanya menjadi favorit papajar masyarakat Sukabumi, tetapi juga masyarakat Cianjur dan sebagian Bandung," kata Irman.
Baca Juga: Bersih-bersih Sungai di Kawasan Puncak, DLH Cianjur Angkut 20 Ton Sampah dari Tiga Titik
Tradisi Papajar pun kini menjadi potensi wisata menjelang Ramadan, seperti halnya ngabuburit dan mudik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Cara Membedakan Sepatu Original dan KW, Ini 7 Tanda yang Harus Diperiksa
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Puncak Dirombak Total! 130 Lapak PKL Digusur, Jalur Pedestrian dan Taman Tematik Siap Dibangun
-
Pria Diduga Lawan Main Lisa Mariana Diperiksa Polisi
-
Road to The Papandayan Jazz Fest 2025: Penampilan ROUGE Berikan Kesan Mendalam
-
Kisah Pilu Korban Terakhir Kericuhan Pesta Rakyat Garut, Terbaring Sendiri Tanpa Nama dan Keluarga
-
5 Tanaman Eksklusif yang Bikin Rumah Sejuk