Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 September 2025 | 10:56 WIB
Situasi saat kepolisian bersama TNI melakukan patroli di kawasan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (1/9/2025). [ANTARA]

SuaraJabar.id - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat akhirnya buka suara terkait insiden mencekam di sekitar kampus Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan Universitas Pasundan (UNPAS), Senin (1/9/2025) malam hingga Selasa (2/9/2025) dini hari.

Polisi dengan tegas membantah telah menyerbu atau menembakkan gas air mata ke dalam area kampus, dan mengklaim insiden tersebut dipicu oleh serangan bom molotov dari kelompok Anarko.

Klaim ini bertolak belakang dengan narasi yang viral di media sosial, yang menunjukkan kepanikan mahasiswa di dalam gedung akibat gas air mata dan menyebut tindakan aparat sebagai serangan brutal terhadap institusi pendidikan.

Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Komisaris Besar Polisi Hendra Rochmawan, membeberkan kronologi versi kepolisian.

Menurutnya, pemicu utama adalah aksi sekelompok orang berpakaian hitam yang diduga bagian dari kelompok Anarko.

"Pada saat yang sama (patroli melintas), muncul sekelompok orang berpakaian hitam yang diduga merupakan kelompok anarko. Mereka inilah awalnya yang menutup jalan dan membuat blokade di Tamansari sambil anarkis," kata Hendra di Bandung, Selasa (2/9/2025).

Hendra menjelaskan bahwa situasi memanas ketika kelompok tersebut mulai melakukan provokasi dengan melempar bom molotov dari arah dalam kampus ke arah petugas dan kendaraan taktis (rantis) Brimob. Aksi inilah yang memaksa petugas mengambil tindakan balasan.

"Tim kemudian menembakkan gas air mata ke jalan raya, namun tertiup angin hingga ke arah parkiran Unisba. Inilah yang kemudian dijadikan bahan provokasi oleh kelompok anarko untuk membenturkan mahasiswa dengan petugas," tegas Hendra.

Polda Jabar secara spesifik membantah tuduhan yang beredar luas di media sosial.

Baca Juga: Puncak Anarki di Bandung! Aset Bersejarah MPR RI Ludes Dibakar Massa Aksi DPRD Jabar

"Informasi di media sosial yang menyebut aparat masuk ke kampus, membawa senjata peluru karet, dan menembakkan gas air mata ke dalam area kampus adalah tidak benar. Jarak petugas dengan kampus kurang lebih 200 meter dari kampus Unisba," tambahnya.

Tangkapan layar kendaraan tempur milik TNI terlihat di kawasan UNISBA-UNPAS. [Medsos/X]

Versi polisi ini sontak memicu perdebatan sengit. Di satu sisi, ada pernyataan resmi aparat, namun di sisi lain, bukti-bukti video amatir dan kesaksian dari lokasi menunjukkan gas air mata pekat telah memenuhi lorong-lorong dan ruangan di dalam gedung kampus.

Kondisi ini sejalan dengan kemarahan yang disuarakan pegiat media sosial Irwandi Ferry. Ia menuding insiden di Bandung merupakan sebuah pola kekerasan yang terencana dan brutal.

"Gagal di Jakarta, Jogja dan Bekasi, sekarang mereka coba lakukan di Bandung dengan cara yang sangat kasar! Mereka masuk kampus! Sekali lagi masuk kampus! Gas air mata ditembakan Gak ada sedikitpun pembenaran untuk itu," tulis Irwandi melalui akun Instagram-nya @irwandiferry.

Begitu pula dengan LBH Bandung yang menyebut peristiwa ini sebagai "teror negara terhadap rakyatnya sendiri."

Mereka menyoroti fakta bahwa kampus saat itu berfungsi sebagai posko medis dan evakuasi bagi korban luka pasca-demonstrasi di DPRD Jawa Barat, yang seharusnya menjadi zona aman.

Load More