SuaraJabar.id - Meski Indonesia kerap kali diterpa isu negatif tentang perkelapasawitan, namun keberadaan tanaman komoditas tersebut ternyata mampu menjadi sumber pemasukan yang signifikan bagi devisa negara.
Capaian positif tersebut dirasakan dengan peningkatan ekspor cangkang kelapa sawit Indonesia yang meluas ke berbagai negara.
Pun keberadaan cangkang kelapa sawit sendiri yang selama ini kerap dianggap menjadi limbah pabrik kelapa sawit, ternyata memiliki manfaat alternatif dalam energi berkelanjutan yang ramah lingkungan dibandingkan energi fosil.
Dengan kondisi tanah dan iklim di Indonesia yang sesuai untuk perkebunan kelapa sawit, membuat sumbangan ekspor sawit menjadi salah satu yang tertinggi di antara komoditas lainnya.
Baca Juga:Lewat WTO, Indonesia Siap Lawan Uni Eropa Soal Kelapa Sawit
Dari hasil riset Perkumpulan Prakarsa menyebut, bahwa minyak sawit menjadi komoditas penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dalam kurun waktu 1989-2017. Tak hanya itu, pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit per tahun pun rata-rata mencapai 2.782 persen.
Berdasar riset tersebut, tentunya menunjukan produktivitas kelapa sawit di Indonesia saat ini lebih tinggi dalam menghasilkan minyak nabati dibanding jenis tanaman lain. Hal tersebut tergambar dalam kurun waktu 1970-2017, tingkat produksi minyak sawit mencapai 3,6 ton per hektar per tahun. Sedangkan, produksi CPO Indonesia sebesar 44 juta ton sampai dengan 46 juta ton per tahun dengan luas lahan sebesar 14 juta hektare.
Selain lebih ramah lingkungan dibanding energi dari fosil, cangkang kelapa sawit juga menjadi yang paling murah dibanding energi tersebut. Dari keunggulan yang dimiliki tersebut, setelah memenuhi kebutuhan dalam negeri, cangkang sawit dipastikan bakal terus merambah dunia.
Sebagai salah satu negara penghasil sawit tersebut di dunia, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pertanian melalui seluruh direktorat teknis terus giat mendorong produktivasnya, baik dari sisi pengolahan sehingga mendapat perhatian lebih. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan strategis mendorong ekspor dari sisi ragam produk dan cangkang sawit.
Berdasar data dari sistem otomasi, IQFAST di Karantina Pertanian Pekanbaru pada tahun 2018, tercatat ekspor cangkang sawit ke Jepang sebanyak 227 ton atau setara dengan Rp 770 miliar. Sedangkan dalam periode Januari hingga Juli 2019, ekspor cangkang sawit ke negara yang sama mengalami peningkatan volume sebanyak 252 ton dengan nilai ekonomi Rp 855,8 miliar.
Baca Juga:DPR Kecewa Sikap Uni Eropa Terkait Diskriminasi Kelapa Sawit
Pun pada saat bersamaan, dilakukan pelepasan ekspor turunan kelapa yaitu berupa air kelapa, kelapa parut, tepung kelapa, dan santan kelapa dengan tujuan USA, New Zealand, Brazil, dan Hongkong melalui Pelabuhan Sungai Guntung dengan volume sebanyak 1,2 ribu ton senilai Rp 18 miliar.
- 1
- 2