SuaraJabar.id - Dua pelajar SMK di Kabupaten Bogor, Jawa Barat terlibat duel maut menggunakan senjata tajam. Akibatnya, salah satu dari kedua pelajar itu tewas karena luka bacokan hampir di sekujur tubuhnya.
Kapolres Bogor AKBP AM Dicky mengatakan, duel maut itu bermula saat korban Afga (17) ditantang tersangka J (17) untuk berduel di daerah Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Kamis (22/8/2019).
"Kronologinya di mana tersangka ini menantang duel korban melalui pesan Whatsapp. Akhirnya ditentukan lokasi duel di daerah Gunung Putri pukul 19.30 WIB," kata Dicky kepada wartawan, Senin (2/9/2018).
Setelah bertemu, korban dan tersangka pun terlibat duel sengit dengan menggunakan senjata tajam jenis celurit. Hingga akhirnya, korban tersungkur karena mengalami luka bacokan di tangan, paha dan kepala.
Baca Juga:Selamat Usai Duel Maut dengan Buaya, Tubuh Suwardi Penuh Luka Robek
"Korban meninggal dunia karena luka bacokan celurit. Kemudian tersangka melarikan diri," kata Dicky.
Polisi yang mendapat laporan atas insiden maut itu langsung melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara. Hingga kemudian polisi menangkap tersangka J bersama rekannya AM (17).
"Kita amankan J tersangka duel dan AM tersangka yang menyuruh serta menyiapkan senjata celurit. Modusnya hanya karena gengsi antar sekolah dan untuk membuktikan mana yang kuat," kata Dicky.
Kedua tersangka dijerat Pasal 80 Ayat 1 UU Nomor 35 tahun 2014 perubahan atas UU Nomorn23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 351 Ayat 3 dan atau Pasal 338 KUHP Tentang Pembunuhan.
"Kita amat prihatin terulangnya kejadian seperti ini, nanti kita akan sampaikan ini ke bupati, provinsi dan dinas pendidikan untuk mengevaluasi sekolah mereka karena disinyalir sering tawuran," tandasnya.
Baca Juga:Duel Maut, Setiyono Diduga Tewas karena Tertikam Pisau Sendiri
Sementara itu, Dicky meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk melakukan evaluasi terkait keberadaan sekolah tingkat SMK di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kita minta sekolah yang sering tawuran di Bogor dievaluasi. Kalau tidak bisa memberikan pendidikan yang baik, lebih baik dicabut saja izin sekolahnya," kata Dicky.
Ia menilai, maraknya aksi tawuran atau perkelahian hingga memakan korban jiwa karena masalah gengsi dan kurangnya pihak sekolah memnerikan pengawasan yang ketat terhadap muridnya. Ke depan, Polres Bogor akan melakukan pendataan setiap sekolah yang sering terlibat tawuran untuk nantinya menjadi bahan evaluasi kepada pemerintah daerah setempat maupun pihak terkait lainnya.
"Kita data sekolah yang tawuran tanggal berapa, setiap tahun berapa. Untuk bahan evaluasi dinas pendidukan atau pemerintah," pungkas Dicky.
Kontributor : Rambiga