SuaraJabar.id - Jumlah penambahan kasus virus corona di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok terus menurun. Hal itu dikatakan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti.
Penurunan ini berlangsung pasca diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Saya sampaikan, kalau kemarin sudah disampaikan ada penurunan kasus terutama di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Kota Bogor (Kabupaten Bogor dan Kota Depok). Bahkan angkanya 38,5 persen," kata Berli Hamdani Gelung Sakti, Selasa (28/4/2020).
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat itu menuturkan meski kasus COVID-19 mengalami penurunan di wilayah Bodebek, ada persoalan baru yakni, daerah yang terpapar virus corona justru semakin meluas.
Baca Juga:Jawab Protes Pengusaha, Satgas Covid-19 DPR Bantah Impor Jamu dari China
"Kalau dilihat dari sebaran kasus, untuk Bodebek selama sembilan hari melakukan PSBB menunjukkan penurunan. Tapi secara wilayah ada perluasan. Jadi sebarannya melebar," ujar Berli.
Menurut dia, Pemprov Jawa Barat (Jabar) akan menggencarkan pengetesan COVID-19 melalui metode polymerase chain reaction (PCR) di kawasan yang memberlakukan PSBB, seperti di Bandung Raya dan Bodebek.
Dia mengatakan pengetesan COVID-19 sistem rapid diagnostic test (RDT) akan digencarkan di kawasan non-PSBB yang fungsinya memperluas pemetaan persebaran COVID-9 di Jawa Barat.
"Tentang rapid test yang sudah kami sampaikan ke kabupaten dan kota itu hampir 100 ribu alat dan yang sudah masuk atau sudah dilaksanakan di kabupaten dan kota sekitar 96 persen. Jadi hampir 96 ribu yang sudah kita lakukan rapid test di kabupaten kota," kata dia.
Menurut dia, dari hasil rapid test tersebut diketahui bahwa yang terbanyak positifnya masih klaster-klaster sebelumnya, yaitu di Bodebek dan Bandung Raya. "Dari 96 ribu hasil rapid test, yang reaktif sekitar 2.100 orang, selanjutnya akan menjalani tes PCR," katanya.
Baca Juga:Keanehan di Potret Ibu-ibu Asyik Kumpul Ini Bikin Warganet Gemas
Namun, yang menjadi permasalahan ialah untuk pengujian sampel hasil PCR ini pihaknya masih sampel secara mekanik dan reagen sampel ini tentunya bisa meningkatkan kapasitas pemeriksaan sampai 1.400 per hari, seperti yang sudah pernah disampaikan sebelumnya.
"Namun, sekali lagi ini masih menunggu, mudah-mudahan Rabu (29/4) semua peralatan sudah datang dan kita bisa melakukan pemeriksaan, sehingga daftar tunggu dari pemeriksaan PCR bisa kita selesaikan di pekan ini, mudah-mudahan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan rapid test yang masih tersisa sekitar empat ribuan dan pihaknya sudah melakukan pemesanan untuk ditambahkan lagi, baik dari pemerintah pusat maupun diupayakan dari sumber-sumber lainnya termasuk dari donatur.
"Kalau itu bisa tercapai atau bisa terlaksana tentunya target untuk rapid test kita hampir 300.000 bisa segera terwujud dalam waktu dekat," pungkasnya. (Antara)