TBC Bunuh 13 Orang Indonesia Dalam Sejam, Lebih Parah dari Covid-19?

Data tersebut membuat Indonesia menjadi negara ketiga tertinggi di dunia kematian yang diakibatkan TBC.

Risna Halidi | Dini Afrianti Efendi
Selasa, 07 Juli 2020 | 13:18 WIB
TBC Bunuh 13 Orang Indonesia Dalam Sejam, Lebih Parah dari Covid-19?
Petugas kesehatan lapas cipinang merawat pasien yang terinfeksi Tuberculosis (TBC) di rumah tahanan kelas 1 Cipinang Jakarta, Selasa (24/2).

SuaraJabar.id - Bukan hanya pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, Indonesia juga masih dihantui ancaman penyakit TBC atau Tuberculosis.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes Republik Indonesia, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, setiap jam, setidaknya ada 13 orang Indonesia yang meninggal dunia karena TBC.

Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara ketiga tertinggi di dunia kematian akibat TBC, persis di bawah India dan China.

"kita ranking tiga di dunia, jadi artinya bebannya sudah cukup tinggi," ujar dr. Wiendra dalam teleconference di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (7/7/2020).

Baca Juga:Pemerintah Pakai Mesin Pendeteksi TB untuk Periksa Covid-19, Apa Untungnya?

Di Indonesia sendiri, TBC merupakan penyakit menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia. "Juga beban TB sebagai angka kematian juga cukup tinggi. Artinya ada 13 orang per jam orang Indonesia meninggal karena TB," terangnya.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengestimasi sekitar 840.000 kasus TBC di Indonesia. Dari angka tersebut, hanya 69 persen atau sekitar 540.000 kasus TBC yang ditemukan dan diobati.

Berbeda dengan Covid-19 yang belum ditemukan obatnya, obat TBC  sudah ada dan disediakan secara gratis oleh pemerintah.

Untuk bisa sembuh dari TBC, pasien harus minum obat selama enam bulan penuh. Jika gagal dilakukan, risikonya pasien bisa mengalami resisten obat yang memicu penularan jenis TB yang lebih berbahaya.

"Enam bulan minum obat bosan, akhirnya putus obat, setelah putus obat dia jadi resisten. Kalau dia resisten, dia akan memberikan penularan yang lebih daripada sebelumnya. Jadi sembuhnya tidak sempurna, padahal obat ini disediakan gratis oleh pemerintah," tutupnya.

Baca Juga:Lockdown Corona Bisa Tingkatkan 6,3 Juta Kasus TB dan 1,4 Juta Kematian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak