BIG Sebut Ini Pemicu Longsor Sumedang yang Tewaskan 40 Orang

"Tanah urukan ini memiliki ikatan partikel yang lemah sehingga sangat besar berpotensi longsor," katanya.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 20 Januari 2021 | 14:04 WIB
BIG Sebut Ini Pemicu Longsor Sumedang yang Tewaskan 40 Orang
Petugas Tim SAR gabungan di lokasi longsor Sumedang. [Antara]

SuaraJabar.id - Bencana longsor Sumedang yang terjadi pada 9 Januari dan 10 Januari 2021 memakan 40 korban jiwa.

Untuk mengetahui penyebab longsor di Desa Cihanjuang, Kabupaten Sumedang itu, pemerintah meminta bantuan sejumlah pihak. Salah satunya Badan Informasi Geospasial (BIG).

BIG mengatakan pada wilayah longsor Sumedang terdapat banyak pemukiman yang dibangun di atas tanah urukan yang rawan longsor.

"Tanah urukan ini memiliki ikatan partikel yang lemah sehingga sangat besar berpotensi longsor," kata Koordinator Informasi Geospasial Tematik (IGT) Bidang Kebencanaan BIG Ferrari Pinem, Rabu (20/1/2021).

Baca Juga:Pemandangan Menyeramkan di Curug Cinulang Sumedang

Tim Satuan Reaksi Cepat (SRC) Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) BIG melakukan survei lapangan untuk melihat kondisi fisik dari area longsor dan memetakan potensi longsor lanjutan di area lain di sekitar desa Cihanjuang.

Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dominan dan mendukung terjadinya longsor di Desa Cihanjuang adalah kelerengan, curah hujan tinggi, drainase dan keairan, batuan dan tanah, tutupan lahan.

Ferrari menuturkan di wilayah terjadinya longsor, tanahnya relatif terbuka tanpa adanya vegetasi dengan kemiringan lereng lebih dari 30 derajat (terjal).

Drainase yang tidak baik juga menjadi faktor yang mengakibatkan mudahnya kemungkinan longsor apabila terjadi curah hujan yang tinggi.

Selain itu, pada daerah longsor tersebut terbentuk lereng-lereng baru yang memiliki potensi untuk longsor kembali, sehingga harus lebih berhati-hati untuk berada di sekitar wilayah yang terdampak longsor.

Baca Juga:Tinjau Longsor Sumedang, Ketua DPRD: Seharusnya Ditanami Pohon bukan Beton

Ferrari mengatakan hasil observasi di lapangan juga menunjukkan adanya aliran air yang sudah mengikis tanah di dekat kejadian longsor. Itu bisa dijadikan sebagai peringatan (warning) akan potensi adanya longsor susulan di daerah tersebut apalagi jika terjadi curah hujan yang tinggi.

Dengan mengacu pada kondisi fisik di area yang sudah terjadi longsor, tim melakukan observasi di seluruh area desa Cihanjuang dengan menitikberatkan pada aspek kelerengan, tekstur dan ketebalan tanah, batuan penyusun, tutupan lahan dan juga adanya aliran air atau mata air.

Hasil observasi menunjukkan bahwa wilayah sekitaran longsor dan juga wilayah yang letaknya lebih tinggi memiliki potensi longsor ditambah lagi banyak ditemukan rekahan tanah dan aliran air di area yang lebih tinggi. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini