SuaraJabar.id - Polemik mogoknya para tukang panggul jenazah Covid-19 di Pemakaman Cikadut, Kota Bandung semakin memanas.
Aksi mogok tukang panggul itu bersumber dari rasa kekecewaan mereka dengan Pemerintah Kota Bandung.
Para tukang panggul menyayangkan pernyataan dari Wali Kota Bandung Oded Muhammad Danial yang menyebut mereka melakukan pungli ke keluarga jenazah covid-19.
Buntutnya, aksi mogok pun dilakukan para tukang panggul hingga menyebabkan beberapa jenazah terabaikan.
Baca Juga:Pengangkut Jenazah Mogok, Ini Kata Keluarga Jenazah Covid-19
Berikut adalah fakta-faka mogoknya tukang pikul jenazah covid-19 di Bandung gegara pernyataan Mang Oded yang telah dirangkum SuaraJabar.id, Kamis (28/1/2021).
1. Berawal dari postingan Mang Oded
Pernyataan Mang Oded di Instagram diduga menjadi sumber kekecewaan para tukang panggul jenazah covid-19.
Mereka dituding melakukan pungli kepada keluarga jenazah covid-19. Berikut adalah pernyataan Mang Oded di Instagram.
Kenapa masih ada yang tega?
Baca Juga:Cerita Tukang Panggul Jenazah COVID-19 Cikadut Sakit Hati ke Wali Kota Oded
Insya Allah Pemerintah Kota Bandung selalu memberikan pelayanan dan perhatian yang tanpa perlu memperhatikan anggaran bagi para keluarga yang harus melakukan pemakaman.
Terkait berita tersebut kita langsung koordinasi dengan Dinas Tata Ruang Kota Bandung (@distaru.bdg) dan memastikan bahwa kejadian pungutan biaya jenazah tersebut dimanfaatkan oleh orang yang tega mengambil kesempatan.
Ke depan untuk memastikan keamanan, kelayakan dan kenyamanan para keluarga yang akan melakukan pemakaman, layanan angkut jenazah sampai proses pemakaman akan disiapkan oleh pemerintah, Distaru siap melayani.
Semoga kemarin adalah kejadian terakhir yang kita dapatkan, kedepan ketertiban akan kami utamakan.
Haturnuhun
Kekinian, unggahan tersebut telah dihapus dari laman Instagram Mang Oded.
2. Tukang Pikul Jenazah Kecewa Dituding Lakukan Pungli
Koordinator Jasa Pikul Jenazah Covid-19 Pemakaman Cikadut Bandung, Fajar, mengatakan petugas jasa pikul merasa kecewa karena dianggap melalukan pungli.
"Kita selalu dikatakan Pungli, dikatakan pungli yang terlontar dari akunnya mang Oded juga ada kata-kata bahwa kita masih aja tega disaat-saat ada jenazah kita memanfaatkan, terus ada kata-kata kita itu berbisnis," ujarnya di Pemakaman Covid Cikadut.
Fajar menuturkan, pihaknya tidak pernah melakukan pungli terhadap proses pemakaman jenazah Covid-19.
"Kalau setahu saya yang namanya pungli itu seperti meminta uang tanpa pekerjaan itu pungli, namun kita kan di sini keluar keringat kita bekerja kita mengeluarkan jasa, si ahli waris memberi mungkin memberi dengan rasa ikhlas mungkin itu tidak bisa disebut pungli," katanya.
3. Tukang Pikul Jenazah Lakukan Aksi Mogok
Tukang pikul peti jenazah pasien Covid-19 di Pemakaman Cikadut, Kota Bandung kecewa dengan pernyataan Wali Kota Bandung yang mengatakan mereka melakukan pungutan liar (pungli) pada keluarga jenazah Covid-19.
Koordinator Jasa Pikul Jenazah Covid-19 Pemakaman Cikadut Bandung, Fajar, mengatakan petugas jasa pikul merasa kecewa karena dianggap melalukan pungli.
4. Jenazah di Pemakaman Cikadut terlantar
Aksi mogok yang dilakukan tukang pikul jenazah berdampak pada keluarga jenazah Covid-19 yang akan dimakamkan di Cikadut. Mereka harus menggotong sendiri peti mati dari tempat parkir hingga liang kubur secara mandiri di Pemakaman Cikadut.
Pemandangan seperti ini mulai terlihat di pemakaman Cikadut pada Rabu (27/1/2021)
Pantauan SuaraJabar.id, hingga Rabu siang (27/1/2021) mereka menolak memanggul peti dari tempat parkir hingga liang kubur di Pemakaman Cikadut, Kota Bandung.
Jarak yang ditempuh sekitar 400 meter dari tempat parkir hingga liang kubur. Hingga siang kemarin, total ada 3 jenazah Covid-19 yang dimakamkan di Pemakaman Cikadut. Namun, tidak ada satupun petugas yang memikul peti jenazah tersebut.
5. Pengakuan Keluarga Jenazah Covid-19
Di balik isu adanya pungli sebesar Rp2 juta itu, ada keluarga jenazah Covid-19 yang mengaku terbantu dengan jasa para pengangkut peti mati di TPU Cikadut.
Seperti yang diceritakan Tsara, warga Kota Bandung. Berapa hari lalu, ayah Tsara meninggal setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Almarhum, di akhir hidupnya sempat menjalani perawatan di RS Borromeus, Kota Bandung.
Setelah dinyatakan meninggal dunia oleh pihak rumah sakit, keluarga Tsara disarankan pihak rumah sakit untuk mendatangi TPU Cikadut guna mengurus pemakaman.
"Di sana (TPU Cikadut), sempat kaget sih. Kita diminta untuk bayar dua juta. Karena posisi enggak bawa dompet. Sempat bingung juga karena enggak bawa dompet, karena kan kita tahunya, selama ini untuk covid ini gratis," kata Tsara, saat dihubungi via ponselnya, oleh Suara.com, Kamis (28/1/2021).
Akhirnya, urusan pembayaran uang dua juta beres setelah salah satu keluarga Tsara menyelesaikan pembayaran. Sesampainya di makam Cikadut, jenazah ayah Tsara pun langsung diurus oleh petugas yang ada.
Mulai dari disalatkan terlebih dahulu, kemudian langsung diangkut oleh enam orang dari kelompok jasa angkut jenazah, yang kemudian dimakamkan di tempat yang sudah disiapkan.
"Tidak ada uang atau pembayaran apa-apa lagi sih. Udah beres semuanya," kata dia.
6. Tukang Pikul Sudah 11 Bulan Tak Diperhatikan Pemerintah
Fajar menuturkan jika para tukang pikul jenazah sudah lama tak diperhatikan. Kekecewaannya bertambah usai dituding melakukan pungli oleh Pemerintah Kota Bandung.
"Dari tadi pagi ada tiga jenazah yang dateng, kita biarkan begitu saja dan jenazah tersebut terabaikan. Alasan kita berhenti memikul karena kita sudah diabaikan selama 11 bulan tanpa ada perhatian dari pemerintah. Mungkin saatnya sekarang pemerintah memerhatikan kita disini, bahwa kita itu ada disini," jelas Fajar.
7. Berharap Dijadikan Pekerja Harian Lepas (PHL)
Fajar juga berharap agar Pemerintah Kota Bandung menjadikan petugas jasa pikul makam Covid-19 sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) secara permanen
"Kalau untuk itu, memang sudah ada informasi mau ada merekrut temen-temen kita, namun merekrut dimasa pandemi saja tidak permanen, padahal harapan kita maunya kita direkrut sebagai pekerja PHL permanen," ucapnya.
Aksi tersebut akan dilakukan hingga ada keputusan dari Pemerintah Kota Bandung terhadap petugas jasa pikul.
"Mungkin kita gelar sampai ada keputusan dari pemerintah kepada kita ya kejelasan. Kita sebenarnya sudah memaafkan, cuma alangkah baiknya, bila si pejabat tersebut meminta maaf kepada rekan-rekan kami yang sudah tersudutkan oleh di sosmed," kata Fajar.