SuaraJabar.id - Setahun lebih sudah pemerintah dan masyarakat memerangi pandemi Covid-19. Salah satunya dengan cara edukasi masyarakat mengenai bahaya Covid-19 dan melindungi diri serta keluarga melalui penerapan protokol kesehatan atau prokes, pembatasan sosial dan vaksinasi.
Edukasi masyarakat ini dilakukan melalui berbagai media. Mulai dari media massa, media sosial hingga turun langsung door to door.
Meski edukasi dan sosialisasi massif dilakukan, ternyata masih ada saja warga yang tak percaya pada Covid-19.
Tak mudah memberikan pemahaman masyarakat terhadap pandemi Covid-19, terutama bagi mereka yang berjibaku berinteraksi langsung dengan lapisan masyarakat paling bawah.
Baca Juga:Bupati Cianjur Jamin Ketersediaan Bantuan Ratusan Pengungsi Terdampak Longsor
Menarik disimak kisah Lurah Pamoyanan Kabupaten Cianjur, Muhammad Dadan Asikin menghadapi masyarakat yang sulit memahami bagaima pandemi Covid-19.
Secara geografis, Kelurahan Pamoyanan merupakan termasuk wilayah pusat kota tepatnya di Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur.
“Walaupun termasuk wilayah di pusat kota, ternyata tidak menjamin masyarakat secara cepat memahami dan mengerti pandemi Covid-19,” terang Dadan pada Ayobandung.com-jejaring Suara.com, Minggu (6/6/2021).
Fenomena yang terjadi selama satu tahun lebih masa Pandemi Covid-19 di Kelurahan Pamoyanan, sempat ada satu kampung yang di-lockdown karena terkonfirmasi positif Covid-19.
Semuanya karena warganya tidak mendengar dan melaksanakan himbauan pihak kelurahan agar menghindari kerumunan, malah ada warga mengadakan perayaan ulang tahun dengan mengundang teman sekolah dan tetangganya.
Baca Juga:Vaksin Covid-19 Covaxin Terbukti Efektif, Apa Saja Efek Sampingnya?
“Itulah akibatnya warga yang tidak mematuhi himbauan kami, akhirnya puluhan warga terkomfirmasi positif Covid-19 dan terpaksa satu kampung kita lockdown,” terangnya.
Masih di Kelurahan Pamoyanan, ungkap Dadan, sempat terjadi penolakan pemakaman warga yang meninggal akibat Covid-19. Padahal hampir setengahnya sudah tertutupi tanah, mereka meminta untuk dipindahkan karena ditakutkan akan menular pada warga sekitar tempat pemakaman umum (TPU).
“Setelah alot berdialog dengan warga dengan cara memberikan pengertian dengan bahasa lisan uang mudah dimengerti, akhirnya tetap dimakamkan di TPU tersebut, tapi harus pindah ke pinggir sungai,” katanya.
Meski hingga saat ini sesuai kenyataan di masyarakat, masih banyak yang tidak mengerti dan memahami bagaimana bersikap dan bertindak saat pandemi Covid-19.
“Kami dari kelurahan, puskesmas, Babinsa, Babinkamtibmas, Ketua RW, Ketua RT, tokoh pemuda, ulama dan tokoh masyarakat tidak patah semangat, terus memberikan pemahaman untuk menjalan program 3M dan 3T hingga pandemi Covid-19 hilang di masyarakat. Anggap saja ini sebagai ibadah yang akan menjadi bekal di akhirat nanti,” tandasnya.