Setiawan menyebut perakitan Oxygen Maker generasi 2 tak membutuhkan waktu lama dan biaya yang terlalu besar.
Mengingat semua partnya menggunakan alat dari pendingin udara meskipun sebagiannya tetap perlu diimpor demi menjaga kualitas.
"Sebetulnya part yang dipakai itu dari alat AC tapi kemudian saya sulap jadi alat oxygen maker ini. Cuma kalau filter zeolite saya pilih impor demi menjaga kualitas. Saya keluar modal sekitar Rp 8 juta. Tapi kalau mau beli yang sistem kerjanya hampir sama, mungkin bisa sampai Rp 90 juta," tutur Setiawan.
Satu unit oxygen maker generasi 2 yang dibuatnya bisa menampung sebanyak 20 liter per menit (LPM) oksigen. Keuntungannya alat tersebut tak membutuhkan isi ulang cairan elektrolisis seperti pada generasi 1.
Baca Juga:Ukur Saturasi Oksigen dan Mengetahui Kadar Oksigen Normal, Begini Caranya
Alat tersebut sudah melalui serangkaian ujicoba hingga akhirnya bisa digunakan oleh pasien terpapar COVID-19 yang benar-benar membutuhkan oksigen.
"Sudah dites beberapa kali dan dinyatakan layak. Alat ini bisa menaikkan kadar oksigen yang sebelumnya drop jadi meningkat beberapa persen. Karena kita tahu semua yang terpapar COVID-19 itu rata-rata butuh oksigen, biasanya saturasi mereka turun di bawah 90," ujar Setiawan.
Hendra berharap alat tersebut bisa dilirik oleh pemerintah maupun instansi lain yang bertanggungjawab pada penyediaan oksigen bagi pasien yang mengalami penurunan saturasi, terutama yang terpapar COVID-19.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Baca Juga:Bila Konsumsi BBM All-New Yamaha NMax 155 Connected Boros, Coba Manfaatkan Fitur Ini