Cerita Penyintas Buat Surat Wasiat Saat Melawan 'Musuh' Tak Kasat Mata

Dirinya merasakan berbagai gejala yang cukup membuatnya ketakutan.

Suhardiman
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 14:04 WIB
Cerita Penyintas Buat Surat Wasiat Saat Melawan 'Musuh' Tak Kasat Mata
Fajar Taupik (41) penyintas Covid-19 asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. [suara.com/Ferry Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Bulan Juli menjadi periode paling kelam bagi Fajar Taupik (41). Ia harus berperang melawan "musuh" yang tak kasat mata yang disebut Covid-19.

Warga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) akhirnya harus merasakan ganasnya Covid-19, meski tak terlihat bentuknya. Fajar dinyatakan positif Covid-19 lewat selembar kertas yang diterimanya.

Periode kelam itu mulai dialaminya ketika anak pertamanya yang merupakan mahasiswa kesehatan dinyatakan positif Covid-19. Kemudian menjalani isolasi bersama istrinya yang setia menemani.

"Anak saya duluan yang kena duluan. Kebetulan dia jadi relawan di salah satu rumah sakit," ujar Fajar, Jumat (13/8/2021).

Baca Juga:Preview Pekan Pertama Liga Inggris, Ini Statistik dan Fakta Lengkapnya

Saat itu Fajar masih tinggal terpisah untuk mencegah agar tidak tertular. Namun ternyata virus tersebut malah menulari keluarga lainnya. Termasuk istri tercintanya. Ia pun pulang ke rumah.

Pria gempal itu sadar risiko tertular cukup besar ketika harus berhadapan langsung dengan keluarganya yang sudah dinyatakan positif Covid-19. Tapi ia sadar harus selalu ada untuk keluarga tercintanya.

"Makannya saya waktu itu banyak minum vitamin supaya gak tertular," ucap Fajar.

Setelah anak dan keluarganya lainnya sudah dinyatakan sembuh, ia pergi ke salah satu rumah sakit di Bandung sebab merasa badannya sudah tak karuan. Iya meyakini ketika itu sudah terpapar Covid-19.

Swab test PCR dilakoninya untuk memastikan paparan virus tersebut. Tanggal 17 Juli 2021 pun menjadi hari paling menegangkan bagi Fajar ketika menunggu hasil swab.

Baca Juga:Wanita Digorok Tewas di Kost Agen PO Rosalia, Ditemukan Tukang Sayur

Sepucuk surat pun diterimanya dan hasilnya ia benar-benar kebagian jatah terinfeksi virus korona. Fajar menjalani isolasi mandiri di rumahnya dengan pendampingan dua dokter umum dan satu dokter spesialis penyakit dalam.

Dirinya merasakan berbagai gejala yang cukup membuatnya ketakutan. Dari mulai badan pegal-pegal, demam hingga pengap. Padahal ia tak memiliki riwayat penyakit asma.

Puncaknya pada hari kelima Fajar merasakan betul ketakutan. Ia mengalami sesak nafas yang menurutnya serasa akan meninggal. Ketakutan nya semakin menjadi ketika dalam grup WhatsApps bersama teman-temannya ada lima orang yang meninggal akibat virus korona.

"Isi grupnya itu ada 19 orang temen saya yang positif semua. Ada 5 yang meninggal. Kan makin serem. Akhirnya keluar aja dari grup," ungkap Fajar.

Dirinya sempat membuat surat wasiat. Sebab sata itu Fajar merasa semakin dekat dengan kematian. Surat wasiat itu berisi utang-utang dirinya beserta sumber uang untuk membayarnya.

Namun, Tuhan masih baik kepadanya. Fajar akhirnya menang melawat Covid-19. Ia dinyatakan sembuh setelah 25 hari menjalani isolasi mandiri. Berbagai obat hingga ramuan tradisional dikonsimsinya selama menjalani isolasi.

"Pas saya sembuh, surat wasiatnya langsung saya sobek-sobek," tuturnya.

Dari pengalaman kelamnya itu, Fajar meminta masyarakat agar tak abaikan terhadap protokol kesehatan. Bagi yang sudah masih positif Covid-19, ia menyarankan agar tak banyak pikiran sebab bisa mengganggu mental hingga menurunkan imun tubuh.

"Saya juga lebih merasakan lagi makna keluarga. Intinya jangan panik dan jaga protokol kesehatan," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini