Jejak Niaga China yang Bertahan di Cimahi

Bangunan bersejarah itu masih dipakai sebagai tempat niaga.

Suhardiman
Minggu, 05 September 2021 | 15:28 WIB
Jejak Niaga China yang Bertahan di Cimahi
Bangunan-bangunan tua bercirikan arsitektur China perpaduan Barat di Jalan Djulaeha Karmita, Kota Cimahi yang dulunya disinggahi warga Tionghoa. [suara.com/Ferry Bangkit Rizki]

"Tahun pastinya kedatangan warga Tionghoa ke Cimahi saya belum temukan. Tapi saat Belanda membangun Garnizun, mereka sudah ada," ungkap Machmud.

Berdasarkan arsip Belanda tahun 1930 yang didapat Machmud, jumlah etnis China kala itu hanya 2,3 persen saja dari total penduduk Cimahi saat itu yang mencapai 59.993 jiwa. Tujuan kebanyakan mereka datiang ke Cimahi adalah untuk berniaga.

"Ya, kebanyakan berdagang. Ada yang sampai menikah dengan orang pribumi, tapi tidak banyak,” ujar Machmud.

Biasanya di setiap daerah yang dihuni oleh Tionghoa memiliki pemimpin, yang oleh Belanda diberi pangkat Kapten atau Letnan sehingga sering disebut Kapten atau Letnan China. Namun di Cimahi, Machmud belum menemukan itu.

Baca Juga:Makin Bugar, Intip 7 Potret Sabrina Chairunnisa Pamer Tubuh Berotot

Bisa saja komunitas China di Cimahi menghinduk ke Bandung, lantaran di Cimahi memang sejak dulu tidak ada Kelenteng atau Vihara. Sehingga orang China di Cimahi yang ingin ke Vihara harus ke Kota Bandung.

Namun jejak sejarah mencatat, dulunya di Cimahi ada tempat yang dijadikan sarana ibadah untuk umat Tionghoa. Namanya Chung Hwa hung Hwi yang bangunannya kinii menjadi Sekolah Andreas di Jalan Pacinan atau Jalan Babakan.

Masih ada jejak peninggalan rakyat Tionghoa lainnya di Cimahi hingga kini. Seperti di Jalan Djulaeha Karmita atau Jalan Pasar Atas. Di sana terdapat bangunan-bangunan bercirikan arsitektur China yang dipadukan dengan barat.

"Di samping Sekolah Andreas, ada satu rumah orang China yang masih orisinil, mempertahankan gaya arstitektur tahun 1900-an dengan pola rumah seperti orang Belanda," terang Machmud.

Bahkan pemilik televisi pertama di Cimahi ternyata adalah seorang warga Tionghoa bernama Kim Kim. Televisi itu disimpan Kim Kim di toko miliknya di Jalan Gatot Subroto atau Gatsu, yang sering didatangi warga Kalidam dan Gatsu hanya sekedar untuk menonton. Bahkan Toko Kim Kim atau Toko Soerabaria disebut merupakan toko swalayan pertama di Cimahi.

Baca Juga:Jadi Game Gratis, Pra-Registrasi Battlefield Mobile Sudah Dibuka di Android

"Bahkan pemilik televisi pertama di Cimahi, sehingga warga Kalidam dan Gatsu sering nonton TV di toko Kim Kim," kata Machmud.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak