SuaraJabar.id -
Minyak goreng bekas atau jelantah sering kali dibuang ke saluran pembuangan limbah jika sudah tak terpakai lagi.
Padahal, minyak jelantah yang dibuang sembarangan bisa menimbulkan masalah. Selain pencemaran lingkungan, juga bisa menyebabkan penyumbatan drainase lantaran jelantah yang membeku.
Mereduksi permasalahan ini, Pemerintah Kota Bandung kini menampung minyak jelantah limbah rumah tangga.
Melalui program Beli Jelantah (Betah), masyarakat bisa mendapatkan manfaatnya karena untuk satu kilogram jelantah akan dihargai sekitar Rp 3 ribu.
Baca Juga:Diklaim Potensi Tambang Emas Kalahkan Grasberg, Blok Wabu Jadi Rebutan Pengusaha
Bagi warga yang berminat menjual jelantahnya bisa datang langsung ke Bank Sampah Resik PD Kebersihan Jalan Babakan Sari 1 No. 64, Babakan Sari, Kec. Kiaracondong Kota Bandung.
Wali Kota Bandung Oded M. Danial menyatakan, program Betah ini sebagai upayanya dalam mengurangi persoalan lingkungan akibat jelantah yang kerap dibuang sembarangan.
"Jelantah tidak diolah lagi oleh kita, kalau dibiarkan akan sangat mengganggu. Oleh karenanya, saya harap ini bisa terus berjalan," ucap Oded saat peluncuran program Betah di Pendopo Kota Bandung, Sabtu (25/9/2021).
Pemkot Bandung melalui Bank Sampah Resik PD Kebersihan akan menampung jelantah dari masyarakat. Selanjutnya, PD Kebersihan sudah menjalin kerja sama dengan Asosiasi Kafe dan Restoran (Akar) Jawa Barat sebagai pengumpul jelantah berskala lebih besar.
"Program itu harus terintegrasi dan ujungnya jadi bisa bermanfaat. Ini harus didukung oleh semua instrumen," harap Oded.
Baca Juga:DPR Dukung Pemberantasan Tambang Emas Ilegal
Lebih lanjut Direktur Utama PD. Kebersihan, Gun Gun Saptari Hidayat mengatakan, jelantah menjadi item baru yang dikomodir oleh Bank Sampah Resik.
Walaupun sebelumnya, pihaknya sudah lebih dulu mengadakan pelatihan kepada masyatakat mengenai pengolahan jelantah ini.
"Untuk sementara saat ini yang menyetorkan 1 kilo ke Bank Sampah Resik bisa jadi Rp 3.000. Nanti bisa dicatat dalam bentuk tabungan atau bisa ditukar emas mini," ucap Gun Gun.
Sementara itu, Ketua Harian Akar Jawa Barat, Gan Bonddillie mengungkapkan, selama ini jelantah yang terkumpul diekspor. Sebagian besarnya ke wilayah benua Eropa.
Hal ini sebagai cara untuk melawan penampung nakal yang malah kembali mendur ulang jelantah menjadi minyak goreng.
"Kita kerja sama dengan eksportir. Kebanyakan ke Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Karena mereka yang punya sistem buat mengolahnya menjadi biodiesel. Karena menghindari pengepul nakal diolah lagi jadi minyak dan dijual kembali," kata pria yang akrab disapa Bon Bon ini.
Meski begitu Bon Bon sudah berkomunikasi dengan PT. Pertamina untuk menyelenggarakan pelatihan mengolah jelantah menjadi biodisel. Hal ini seirinh beryambahnya daya tampung pascamenjalin kerjasama dengan Pemkot Bandung.
"Tahap selanjutnya kita bisa mengolah jadi biodiesel. Kita sudah minta pelatihan ke Pertamina," katanya.