Ia ingat di dekat rumahnya dulu memang ada rel kereta api, tapi sudah tidak aktif. Bahkan rel itu kini tertimbun aspal jalan. Eti mengaku tak pernah tahu apakah itu lahan milik PT KAI atau bukan. Kejelasan status lahan inilah yang dipertanyakan Eti saat ini.
Seluruhnya ada 25 Rumah
Rumah Eti bukan satu-satunya yang terdesak proyek, ada 24 rumah warga lainnya yang juga terancam digusur. Terpencar di RT 05 dan 06. Tiga rumah sudah dibongkar, sang pemilik disebut telah sepakat dengan PT KAI yang hanya memberikan ongkos pembongkaran.
PT KAI memang tidak berniat memberikan ongkos ganti bangunan apalagi lahan. Hanya meminta para penghuni pergi dengan bekal ongkos bongkar. Nilainya, Rp 200 ribu permeter persegi untuk bangunan semi-permanen dan Rp 250 ribu permeter persegi untuk bangunan permanen.
Baca Juga:Persib Seri Terus, Polrestabes Bandung Panggil PT PBB dan Bobotoh
"Kalau diitung-itung artinya saya hanya dapat Rp 15 juta. Rp 15 juta dibagi tiga keluarga, cuma Rp 5 juta dapatnya. Saya membangun rumah bertahap, harganya lebih jauh dari itu. Kalau kami terima (ongkos pengganti), lalu tinggal di mana?," tanya Eti.
Selain itu, ada tiga rumah lainnya yang sudah dikosongkan. Mereka juga dikabarkan telah sepakat dengan PT KAI. Sekarang hanya menunggu waktu pembongkaran. Akhirnya, tersisa 18 rumah saja. Para penghuni memilih bertahan, bersolidaritas untuk mengetuk pintu keadilan.
Selain 25 rumah yang terletak di Jalan Anyer Dalam, terdapat satu rumah terdampak di Jalan Sukabumi. Pada tanggal 4 Oktober 2021 lalu, rumah itu dieksekusi, dibongkar paksa. Sang penghuni adalah seorang perempuan yang hidup sendiri, guru di sebuah sekolah menengah pertama di Kota Bandung.
"Setelah penggusuran, ibu itu sempat di sini bersama kami. Bahkan dia datang hanya berpakaian daster selutut. Padahal sehari-hari selalu memakai kerudung kalau ke luar rumah. Dia bahkan tidak sempat ganti pakaian," ungkap Dindin, warga Anyer Dalam, yang juga dipercaya sebagai koordinator warga setempat.
"Ibu itu mempertahankan diri dan rumahnya. Mendapat luka di tangan dan kaki. Tangannya biru-biru, kakinya berdarah. Waktu di posko, dia cuma diam melamun sedih," imbuhnya.
Baca Juga:7 Wisata Bandung Lembang, dari Konsep Koboi Amerika hingga Pasar Apung
![Warga Jalan Anyer Dalam, Kebonwaru, Kota Bandung, tengah berjuang dari ancaman penggusuran. [Suara.com/ Muh Dikdik RA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/14/69607-warga-bandung-lawan-penggusuran.jpg)
Penghuni rumah itu, kata Dindin, kini kerap terlihat takut ketika melihat orang yang memakai seragam yang sama dengan orang yang ia lihat saat penggusuran terjadi.