"Orang minang rata-rata berdagang. Dimana ada pasar orang minang berdagang, jualan pindah-pindah pasar," ujar Armet.
Kebiasaan merantau itupun turun-temurun dilakukan. Ketika seseorang sukses di daerah rantau, biasanya keluarganya minta untuk diajak merantau untuk mendapat kesuksesan serupa. Daerah rantau warga Minang pun semakin meluas.
Mereka mulai merangsek ke Pulau Jawa dengan menjalani berbagai profesi seperti pendakwah dan niaga. Namun kebanyakan untuk berdagang atau menjadi pengusaha dari mulai Rumah Makan Padang, percetakan hingga foto kopi.
"Ada juga yang jualan plastik, parfum, sate padang dan sebagainya. Jadi memang jiwa usaha dan berdagang kental sekali untuk orang Minang," kata Armet.
Namun, kebiasaan merantau warga Minang tentunya tak sembarang. Sebelum berangkat, mereka sudah dibekali dengan ilmu agama, ilmu silat dan ilmu bergaul. Ketika sudah diperantauan, warga Minang sendiri dianjurkan untuk mencari orang tua angkat.
"Kalau orang Minang bekalnya ilmu agama, ilmu silat dan ilmu bergaul. Kalau merantau dianjurkan cari orang tua angkat," ucapnya.
Ciri Khas Warga Minang di Kota Cimahi
Pada umumnya, warga Minang mungkin lebih dikenal dengan keberadaan Rumah Makan Padang. Namun di Kota Cimahi, ada sebuah pemakaman khusus yang diperuntukan bagi warga Minang. Lokasinya berada di kaki Gunung Bohong, Kota Cimahi. Pemakamaan tersebut memiliki ciri khas khusus.
Bentuk arsitek gapura dan sebuah bangunannya membentuk rumah Gadang berupa bangunan balok segi empat, yang mengembang ke atas dan mengecil ke bawah.
Garis melintang dari bangunan rumah Gadang melengkung tajam di sebelah dua tepinya, menyerupai tanduk kerbau. Bentuk atapnya menyerupai tanduk tersebut sebagai simbol kemenangan. Bentuk atap melengkung dan runcing ke atas yang disebut gonjong.