Sejarah Kota Sukabumi, Dulu Namanya Soeka Boemi Artinya Kesenangan dan Kebahagiaan

Sukabumi merupakan nama yang muncul dari bahasa sansekerta yang berarti Kesenangan, Kebahagiaan, dan kesukaan serta kata bumi berarti bumi tempat.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 24 November 2021 | 16:40 WIB
Sejarah Kota Sukabumi, Dulu Namanya Soeka Boemi Artinya Kesenangan dan Kebahagiaan
Kota Sukabumi

SuaraJabar.id - Sukabumi merupakan salah satu kota di Indonesia. Sukabumi pada awalnya tertulis Soeka Boemi. Lho kok bisa? Berikut penjelasannya dalam artikel sejarah Kabupaten Sukabumi.

Nama tersebut diperkenalkan pada tanggal 13 Januari 1815 oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang Belanda yang menduduki Sukabumi. Ia menduduki Sukabumi karena tertarik dengan lestarinya daerah tersebut dan cocok untuk perkebunan.

Sukabumi merupakan nama yang muncul dari bahasa sansekerta yang berarti Kesenangan, Kebahagiaan, dan kesukaan serta kata bumi berarti bumi tempat. Sehingga kedua kata itu menjadi bumi kesukaan, atau bumi kebahagiaan.

Andris de Wilde merupakan seorang Preanger Planter kopi dan teh yang rumahnya saat ini menjadi Kantor Pemerintah Kota Bandung. Ia mengirim surat ke kawannya Pieter Engelhard untuk mengajukan permohonan penggantian nama Cikole dengan Soekaboemi. Sejak saat itulah Cikole menjadi Soekaboemi.

Baca Juga:Pohon Tumbang di Jalan Raya Sukabumi Timpa Truk Kontainer dan Seorang Pejalan Kaki

VOC membutuhkan banyak komoditas kopi, akhirnya Van Riebek dan Zwaardecroon berusaha menanam kopi di sekitar Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Tahun 1709, Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi kebun kopi di Cianjur, Bogor, Jogjogan, Pondok Kopo dan Gunung Guruh Sukabumi.

Sehingga diketahui alasan itulah yang menyebabkan dibangunnya jalur kereta api yang menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg serta Batavia di barat dan Ibukota Priangan dan Bandung di Timur. De Wilde saat itu menjabat sebagai pembantu Gubernur Jenderal Daendels dan sebagai tuan tanah Jasinga Bogor.

Ia membeli tanah di Sukabumi pada 25 Januari 1813 dengan harga 58 ringgit Spanyol yang berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango, Sungai Cimandiri di Selatan dan Karesidenan Jakarta dan Banten di sebelah Timur Sungai Cikupa.

Sukabumi dulunya merupakan dusun bernama Goenoeng Parang yang saat ini menjadi Kelurahan Gunung Parang. Sukabumi berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole atau Parungseah. Pada 1 April 1914, Belanda menjadikan Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan alasan bahwa kota ini merupakan pemukiman orang Belanda dan Eropa. Mereka adalah pemilik perkebunan dan harus mendapat layanan istimewa.

Pada tahun 1926, G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester dan pada masa itulah dibangun Stasiun Kereta Api, Masjid Agung, Gereja Kristen, Pembangkit Listrik, Gardu Induk, Sekolah Polisi, dan lain sebagainya.

Baca Juga:Pemerintah Sukabumi Sepakat Godok 10 Raperda Tahun 2022 Mendatang

Menjelang akhir pendudukan Belanda, Sukabumi menjadi tempat pengasingan Mohammad Hatta, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Sutan Syahrir. Jepang juga sempat menduduki Sukabumi. Awalnya Sukabumi menjadi tempat pertemuan Moh Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang untuk membahas Belanda, tetapi keduanya menjadi tahanan kota. Akhirnya setelah Indonesia merdeka, perlahan-lahan Sukabumi menjadi sejahtera dan penjajahan berhenti.

Daftar Wali Kota Sukabumi

Mr. George François Rambonnet menjabat pada 1926 hingga 1933, Dr. Albert Leonard Anihenie Van Unen 1934 hingga 1939, Mr. Willem Johannes Philippus van Waning pada 1939 hingga 1942, Rd. Rangga Adiwikarta menjabat pada 1942 hingga 1942, Rd. Abas Wilagosomantri menjabat pada 1942 hingga 1943, Mr. Rd. Syamsudin 1943 1945, Mr. Raden Syamsudin 1945 hingga 1946, Raden Mamur Soeria Hoedaja menjabat pada 1946 hingga 1948, Raden Ebo Adinegara menjabat pada 1948 hingga 1950, Raden Widjaja Soerija menjabat pada 1950 hingga 1950, Raden S. Affandi Kartadjoemena menjabat pada 1950 hingga 1952, Raden Soebandi Prawiranata menjabat pada 1952 hingga 1959, Mochamad Soelaeman menjabat pada 1959 hingga 1960, Raden Soewala menjabat pada 1960 hingga 1963, Raden Semeru menjabat pada 1963 hingga 1963, Achmad Darmawan Adi menjabat pada 1963 hingga 1966, Raden Bidin Suryagunawan menjabat pada 1966, Saleh Wiradikarta menjabat pada 1966 hingga 1978, Soejoed menjabat pada 1978 hingga 1988, H. Zaenudin Mulaebary S.H. menjabat pada 1988-1993, H. Udin Koswara S.H. menjabat pada 1993 hingga 1997, R. Nuriana menjabat pada 1997 hingga 1998, Dra. Hj. Molly Mulyahati Djubaedi menjabat pada 1998 hingga 1998 dan 1998 hingga 2003, Mokh. Muslikh Abdussyukur S.H., M.Si. menjabat pada 2003 hingga 2013 Mohamad Muraz S.H., MM. menjabat pada 2013 hingga 2018, Achmad Fahmi S.Ag., M.Pd. menjabat pada 2018 hingga sekarang.

Tempat Wisata, Senjata Tradisional dan Tipologi

Sukabumi memiliki tempat wisata yang menarik yakni Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Curug Cimarinjung, Situ Gunung, Kampung Ciptagelar, Rafting Citarik, Pantai Pangumbahan, Pantai Citepus, Pantai Cipanarikan, Pantai Amanda Ratu, Pantai Cikembang, Curug Cikaso, Curug Cigangsa, Jembatan Situ Gunung, Bukit Karang Para, Kawah Ratu, Curug Awang, Pantai Cicaladi, Halimun Adventure Journey, Rumah Fantasi, Pasir Datar Indah, Bravo Adventure, Wisata Gunung Sunda, Karang Aji Beach Villa, Bukit Sabak, Bukit Karang Numpang, Geopark Ciletuh, Sabana Puncak Pilar, Air Terjun Curug Sawer, Pantai Ombak Tujuh, Tebing Panenjoan, Danau Bacan, Pemandian Air Panas Cisolok, Goa Buniayu, Pantai Cimaja, Santa Sea Water Park. Tempat wisata di atas merupakan tempat wisata yang didominasi wisata air. Selain air, destinasi wisata di atas juga terdapat pegunungan.

Wisata-wisata alam tersebut membuktikan bahwa tipologi Sukabumi terdapat dataran tinggi dan dataran rendah. Kawasan Sukabumi kerap dijadikan lahan pertanian, perkebunan dan peternakan. Selain karena dataran tinggi dan rendah yang mendukung, iklim di Sukabumi juga sesuai untuk bercocok tanam.

Selain itu, Sukabumi juga memiliki senjata tradisional berupa golok. Golok merupakan barang keperluan sehari-hari pada jaman dahulu. Golok asal Sukabumi ini disebut Golok Betok yang dibuat pada jaman Kerajaan Padjajaran. Selain menjadi alat pendukung kehidupan sehari-hari, golok juga digunakan sebagai alat perlindungan diri.

Demikian penjelasan terkait dengan sejarah Sukabumi yang meliputi pemerintahannya. Sukabumi juga memiliki tempat wisata yang menarik serta tipologi yang subur dan tropis. Selain itu, senjata tradisional Sukabumi yang berupa golok juga masih dilestarikan hingga saat ini.

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini