Siap-siap, Pakar Prediksi Indonesia akan Alami Kemarau Kering pada 2022

"Biasanya, kalau kering menguntungkan sektor kelautan, tapi agak merugikan sektor pertanian," kata dia.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 28 Desember 2021 | 12:40 WIB
Siap-siap, Pakar Prediksi Indonesia akan Alami Kemarau Kering pada 2022
ILUSTRASI - Sejumlah warga mencuci pakaian di aliran Sungai Cileungsi, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, di musim kemarau. [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]

SuaraJabar.id - Kemarau kering diprediksi akan melanda Indonesia secara umum pada tahun 2022 nanti. Pakar menilai ini patut jadi peringatan bagi sektor pertanian, pencegahan kebakaran hutan atau lahan hingga persiapan cadangan air.

Amatan terhadap kondisi kemarau pada 2022 tersebut disampaikan Profesor Riset Bidang Meteorologi dan Klimatologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Edvin Aldrian pada sebuah acara virtual yang diikuti suara.com, Senin (27/12/2021).

"Kemungkinan besar tahun 2022 Indonesia akan mengalami periode kemarau kering," katanya dalam webinar bertajuk 'Refleksi Akhir Tahun: Membaca Secara Ilmiah Kebencanaan 2021 di Indonesia' itu.

Edvin menjelaskan, prediksi ini didasarkan pada riwayat kemarau pada dua tahun sebelumnya yang cenderung basah.

Baca Juga:BRIN: Kalau Ada Ramalan Gempa, Sudah Pasti Hoaks

Pada 2020, kemarau basah itu dipicu sunspots minimum. Suatu siklus matahari yang memiliki rentang waktu 11 tahun. Sementara, tahun ini terjadi akibat pengaruh La Nina.

"Karena sudah mengalami dua kali kemarau basah berturut-turut pada 2020 dan 2021, maka kemungkinan besar tahun 2022 Indonesia akan mengalami periode kemarau kering," tegasnya.

Meski kemarau kering itu diprediksi tidak ekstrem, masyarakat maupun pemerintah diminta tetap bersiap.

Pada sektor pertanian, yang perlu disiapkan adalah pola tanam kering.

"Akan terjadi panen pada sektor kelautan karena konsekuensi dari iklim lebih kering tersebut. Biasanya, kalau kering menguntungkan sektor kelautan, tapi agak merugikan sektor pertanian," imbuhnya.

Baca Juga:BRIN: Gempa Magnitudo 6 ke Atas Terjadi Rata-rata 25 Kali per Tahun

Kebakaran lahan dan hutan pun rentan terjadi. Oleh sebab itu, modifikasi cuaca dinilai perlu dilakukan apabila memungkinkan.

Di samping itu, kesediaan cadangan air pun harus dioptimalkan.

"Jadi, saran saya sebagai seorang peneliti di BRIN, kita harus mempersiapkan modifikasi cuaca, daerah-daerah yang sering kebakaran itu dibasahkan," katanya.

"Setelah melewati spring 2022, bulan April, akan dimulai pola kering dan harap persiapkan kesediaan air di tempat-tempat penampungan seperti waduk dan dam," tandasnya.

Kontributor : M Dikdik RA

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini