SuaraJabar.id - Pemandangan miris terpampang dari unggahan akun media sosial Instagram milik @lambegosiip baru baru ini.
Seorang bocah berusia 10 tahun terpaksa putus sekolah akibat dibully dan sering terima palakan dari teman-temannya.
Berdasarkan keterangan dari si pengunggah menyebutkan bahwa bocah ini putus sekolah akibat mengalami kesulitan ekonomi karena tinggal hanya bersama ibunya pasca sang ayah meninggal.
Parahnya uang jajan miliknya juga kerap dijarah oleh teman temannya. Hal itulah yang mendasari bocah tersebut akhirnya melepas seragam putih merahnya dan memilih berjualan bersama ibundanya.
Dalam postingan berupa video tersebut tampak bocah laki laki itu tengah melayani pembeli saat ia berjualan aneka kue basah keliling.
"Adek gak sekolah?" tanya si perekam.
Siapa sangka jawaban si anak mampu membuat trenyuh siapa saja yang mendengarnya.
"Gak, keluar dulu, bantuin mamah jualan," jawabnya mantap sembari mengambil beberapa kue dan memasukkannya ke dalam plastik.
Ketika ditanya apakah dirinya terpaksa berjualan, ia pun dengan tegas menampiknya.
"Enggak, keinginan sendiri bantuin mamah," balasnya.
Ayahnya yang telah meninggalkan dirinya sejak dalam kandungan pun tak pelak membuat kehidupan ekonominya morat marit hingga mengalami banyak cibiran.
Ia mengaku sering mendapat hinaan dan perlakuan tak baik dari teman sebayanya selama ini.
"Banyak yang ngebully, misal aku bawa uang suka minta, kalau gak kasih didorong dorong atau nonjok, aku juga sampai nangis gara gara diledekin gak punya ayah," ceritanya.
Video ini sukses mengobrak abrik hati para warganet yang melihatnya.
"Bully emang berdampak sangat buruk," tulis akun @techa***.
"Tolong dibantu, insyaAllah kalau ada open donasi saya mau bantu," tambah akun lain @eli***.
"Ya Allah kasian, jangan sampai kita salah mendidik anak jadi anak yang suka ngebully orang lain," kata akun @agst***.
Dan masih banyak lagi komentar beragam dari warga dunia maya yang merasa prihatin dengan kisah bocah ini. Mereka berharap adanya bantuan untuk si bocah agar kembali meneruskan pendidikannya.
Kontributor : Ririn Septiyani