Terletak di Kaki Gunung Tangkuban Parahu, SD Negeri Ini Sudah Dua Tahun Tak Punya Siswa Baru

"Dari tahun kemarin enggak ada siswa baru. Jadi sama sekarang dua tahun ajaran tidak ada siswa baru," kata Heti Suryati.

Ari Syahril Ramadhan
Senin, 25 Juli 2022 | 18:34 WIB
Terletak di Kaki Gunung Tangkuban Parahu, SD Negeri Ini Sudah Dua Tahun Tak Punya Siswa Baru
SDN 5 Cikidang yang terletak di Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). [Suara.com/Ferrye Bangkit R]

SuaraJabar.id - Sebuah sebuah sekolah negeri di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tidak memiliki siswa baru dalam dua tahun terakhir. Selain itu, guru di sekolah itu hanya tinggal dua orang.

Sekolah yang dimaksud adalah SDN 5 Cikidang yang terletak di Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Tidak ada siswa kelas 1 dan 2 di sekolah tersebut.

SDN 5 Cikidang hanya memiliki siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 yang jumlah totalnya berada di bawah 50 orang. Rinciannya, kelas 3 sekitar 8 orang, kelas 4 ada 5 orang, kelas 5 ada 8 orang dan kelas 6 ada 26 orang.

"Dari tahun kemarin enggak ada siswa baru. Jadi sama sekarang dua tahun ajaran tidak ada siswa baru," kata Heti Suryati, salah seorang guru SDN 5 Cikidang saat ditemui pada Senin (25/7/2022).

Baca Juga:Nasib Tak Jelas, Forum Guru Honorer Minta Ridwan Kamil Lakukan Ini

Sepinya siswa yang menyenyam pendidikan di SDN dibawah binaan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Puncaknya terjadi saat pandemi COVID-19 mewabah.

Pada tahun ajaran 2021/2022, tidak ada siswa baru di SDN Cikidang 5. Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2022, Heti berharap ada siswa yang mendaftar ke sekolah yang terletak di wilayah perkebunan warga itu.

Namun ternyata kondisinya tidak berubah. Sama sekali tidak ada satupun siswa baru di SDN 5 Cikidang itu yang membuat Heti sedih. "Sempet ada yang daftar 5 orang, tapi menarik diri. Alasannya mungkin karena kondisi dan siswanya sedikit," ujar Heti.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat SDN 5 Cikidang semakin minim peminat. Di antaranya faktor zonasi, dimana hanya ada satu RT yang berdekatan dengan sekolah tersebut yakni RT 04/08, Desa Cikidang.

Kemudian faktor lainnya adalah daya saing. SDN 5 Cikidang kalah saing dengan sekolah sederajat lainnya yang berada di wilayah tersebut. Selain jarak, kondisi fasilitas sekolah yang kurang menunjang juga turut jadi pemicu utamanya.

Baca Juga:Kisah Sukses Petani Lembang Bandung, Dapatkan Cuan Rp 1 Miliar Lebih Sekali Panen

"Fasilitasnya kurang menunjang. Sekarang ada kamar mandi tapi tidak berfungsi karena tidak ada pasokan air," tutur Heti.

Tahun 2018, pihaknya mendapat bantuan pemasangan pompa air beserta torennya dari salah satu universitas di Kota Bandung. Hanya saja pompa air dan toren tersebut hilang dicuri. Posisi SDN 5 Cikidang itu memang tidak memiliki pembatas seperti pagar, sehingga membuat siapapun bebas masuk ke area sekolah.

Bahkan, warga yang hendak ke perkebunan dengan bebasnya melewati hingga menyimpan rumput di SDN 5 Cikidang.
"Jadi memang kemanan tidak terjamin. Khawatirnya kalau malam atau lagi libur dipakai hal-hal yang negatif," ujar Heti.

Guru Aktif Hanya Tersisa Dua Orang

Di akhir pengabdiannya sebagai guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), Heti berharap SDN 5 Cikidang kembali seperti dulu. Ia akan pensiun pada Januari 2023. Kondisi itu tentunya akan membuat SDN 5 Cikidang semakin memprihatinkan.

Sebab, kini hanya ada dua guru yang mengajar di sekolah itu, serta tidak memiliki kepala sekolah definitif. Selama ini dua guru tersebut bergiliran mengajar kelas 3 sampai 6.

Ketiadaan guru honorer membuat seorang seorang penjaga sekolah bernama Dian Gio pun diperbantukan untuk memberikan pembelajaran kepada para siswa apabila ada guru yang berhalangan hadir.

"Kalau sebelum tahun 2018 itu masih lengkap guru semuanya ada dari mulai guru kelas sampai guru lainnya. Tahun 2018 ke sini mulai enggak komplit," sebut Heti.

Sebetulnya, SDN 5 Cikidang mendapat jatah 5 posisi Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Hanya saja memang tidak ada guru honorer yang mendaftar di sekolah itu, sehingga sampai tahun ajaran 2022/2023 hanya ada dua guru yang mengajar.

"Iya sedih aja liat kondisi begini. Harapan ibu ya pengen sekolah ini biasa lagi kaya dulu. Banyak siswa lagi," ujarnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini