Pada 1897, kepala gudang kopi yang cukup terkenal di Ciracap adalah Mas Soemawidjaja. Ciracap juga merupakan wilayah yang direncanakan dibangun fasilitas pada masanya seperti penggilingan padi bertenaga listrik yang digagas Charles Edgar du Perron (sastrawan dan penulis Hindia Belanda) pada 1904, dengan memanfaatkan air terjun Cimarinjung.
Bahkan jalan kereta api akan dibangun dari Bandung ke Ciracap hingga Balekambang. Ciracap juga dikenal sebagai penghasil batik tulis Sunda yang berbeda dengan batik modern Jawa yang dicelup. Wilayah ini pun terkenal dengan produksi selimut. Pada 1910, ada perempuan bernama Ma Habdah yang konsisten membuat selimut yang dijual 0,575 gulden.
Irman menyebut Ciracap unik karena punya dialek tersendiri dalam bahasa sunda hingga dibukukan oleh Atmadikarta dalam judul "Dialèk Onderdistrict Tjiratjap district Djampangkoelon". Dialek Ciracap inilah yang diangap menyelamatkan bahasa Sunda saat itu sehingga tidak perlu meminjam kosakata Jawa dalam mengidentifikasi sesuatu hal baru.
"Namun ironisnya sekitar 1930, sempat terjadi kelaparan di Ciracap karena kekeringan yang cukup lama. Perampokan juga merajalela menggarong rumah-rumah warga. Ini sempat menjadi perhatian bupati Sukabumi dan jajaran pemerintah kolonial pada masa itu," kata Irman.
Baca Juga:Ketika Penginjak Al Quran Bertemu Habib yang Tersandung Kasus Narkotika di Dalam Jeruji Besi
Sementara pasca merdeka, wilayah Ciracap juga diganggu oleh pasukan Brigade Citarum/Bambu Runcing yang sering membakar rumah warga termasuk di Kampung Tangkolo lokasi pekuburan sekarang. Bahkan pada 1952 di kampung Cipancur sempat diserang 25 orang Brigade Citarum yang membakar rumah warga dan masjid.
Penelitian Niskala Institute
Niskala Institute adalah pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, dan peradaban nusantara yang berpusat di Bandung. Hasil penelitian yang disajikan tersebut merupakan tindak lanjut dari penemuan 11 makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede, yang telah diidentifikasi Niskala Institute saat penelitian awal mereka pada Rabu, 6 Juli 2022.
Laporan penelitian berjudul "Potensi Tinggalan Arkeologis di Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi" ini disusun lima peneliti: Muhamad Alnoza (ketua tim), Bagus Dimas Bramantio, Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, Isa Akbarulhuda, dan Nikolas Dalle Bimo Natawiria. Alnoza adalah mahasiswa S2 Antropologi Universitas Gadjah Mada atau UGM. Sementara empat peneliti lainnya merupakan lulusan Arkeologi Universitas Indonesia atau UI.
Kesimpulan Penelitian
Baca Juga:Dua Mojang Kota Paris Jualan Es Cendol
Kesimpulan dalam laporan penelitian ini menyebutkan, berbagai temuan yang dijumpai oleh tim peneliti, pada dasarnya mengindikasikan bahwa Desa Purwasedar paling tidak telah menjadi lokasi kegiatan masyarakat masa kolonial. Rentang waktu yang dimaksud dalam hal ini sepanjang abad ke-19 hingga dengan periode paruh awal abad ke-20 Masehi.