Mengenal Sosok Amir Machmud, Jenderal Asal Cimahi di Balik Terbitnya Supersemar

Amir Machmud ialah sosok prajurit TNI asal Cibeber, Kota Cimahi kelahiran 21 Februari 1923.

Andi Ahmad S
Kamis, 06 Oktober 2022 | 10:39 WIB
Mengenal Sosok Amir Machmud, Jenderal Asal Cimahi di Balik Terbitnya Supersemar
Jalan Jenderal Amir Machmud di Kota Cimahi [Ferry/Suarajabar.id]

SuaraJabar.id - Amir Machmud menjadi salah satu sosok penting dibalik berdirinya TNI yang kini sudah berusia 77 tahun. Ia salah satu jendral dibalik terbitnya Surat Sebelas Maret atau dikenal Supersemar.

Amir Machmud ialah sosok prajurit TNI asal Cibeber, Kota Cimahi kelahiran 21 Februari 1923. Ia merupakan anak ketiga dari pasangan Atang dan Nyimas Ganirah, yang namanya pun dijadikan nama sebuah jalan di wilayah Cibeber.

"Amir Machmud ini memang asli orang Cimahi," ucap Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok saat dihubungi Suara.com pada Rabu (5/10/2022).

Kisah seorang Amir menjadi prajurit sudah dimulai sejak muda. Saat Jepang masuk menjajah Indonesia, ia mengikuti pendidikan PETA. Amir Machmud pernah mengikuti pelatihan di Kamp Tjimahi, hingga akhirnya dipindahkan ke Bogor.

Baca Juga:Komnas HAM Periksa Polisi dan TNI, Hasil Investigasi: Pemantik Tragedi Kanjuruhan Diduga karena Gas Air Mata

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Amir pun menjadi bagian Badan Keamanan Rakyat (BKR) , Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Tahun 1946 setelah TKR didirikan, BKR Lembang diintergrasikan dengan Kodam VI/Siliwangi yang merupakan komando Regional militer yang bertanggungjawab atas keamanan di Jawa Barat, Amir Machmud dipindahkan ke Bandung Utara.

"Dimana ia membiarkan pasukannya dalam pertempuran melawan pasukan Inggris dan pasukan Belanda, yang sangat ingin mempertahankan wilayah kolonial mereka," kata Machmud.

Tahun 1948, Amir Machmud bergabung dengan pasukannya dalam pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun. Kemudian setahun setelahnya, ia kembali ke Jawa Barat setelah dipindahkan ke luar daerah usai perjanjian Renville ditandatangani.

Amir langsung terlibat dalam pertempuran melawan gerakan Darul Islam, kelompok separatis yang ingin mendirikan Indonesia yang teokratis dibawah Agama Islam.

Baca Juga:Bobotoh Minta Jonathan Bauman Kembali Ke Persib

"Pada tahun 1950, Amir Machmud juga terlibat dalam penumpasan terhadap Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), sebuah kelompok militer yang masuk ke Bandung dan mulai membidik prajurit TNI," ungkap Machmud.

Setelahnya, karir Amir mulai mentereng. Ia menjabat Panglima Batalyon di Tasikmalaya dan Garut, sebelum akhirnya diangkat menjadi Kepala Staf Resimen di Bogor. Ia juga pernah masuk jajaran Staf di Markas Besar Angkatan Darat tahun 1958.

Amir kemudian mulai belajar tentang politik dan ekonomi saat menghadiri acara Sesko AD tahun 1960. Di sana, ia berkenalan dengan Soeharto.
"Tahun 1965, Amir Machmud diangkat menjadi Panglima Kodam V/JAYA," ujarnya.

Ketika situasi tak menentu usai Gerakan 30 September atau G30SPKI, Amir Machmud bersama dua jenderal lainnya yakni Basuki Rahmat dan M Jusuf menghadap Presiden Soekarno di Istana Negara.

Sepulangnya, Amir Machmud bersama dua jenderal lainnya membawa surat perintah Supersemar untuk diserahkan kepada Jenderal Soeharto. "Berbekal Supersemar itulah, Soeharto membubarkan PKI dan menertibkan situasi politik," sebut Machmud.

Pada masa Orde Baru, Amir Machmud pun didaulat menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri), menggantikan koleganya yang meninggal dunia. Tahun 1982, ia terpilih sebagai Ketua MPR.

Dibawah kepemipimannyalah MPR memberikan titel Soeharto sebagai "Bapak Pembangunan".

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Ketua MPR, Amir Machmud pun pensiun. Kemudian tahun 21 April 1995, ia meninggal pada usia 72 tahun di Cimahi. Amir Machmud di kebumikan di TMP Kalibata, Jakarta. Nama Jenderal Amir Machmud kini diabadikan sebagai nama jalan protokol di Kota Cimahi.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini